09 April 2015

Mega Sebut Ada Penumpang Gelap, Ini Kata Jokowi

Mega Sebut Ada Penumpang Gelap, Ini Kata Jokowi

Lombok - Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri menyebut-nyebut ada penumpang gelap yang ingin menguasai sumber daya alam saat berpidato di pembukaan Kongres IV PDIP. Apa pandangan Presiden Jokowi?

Saat ditanya terkait hal ini, Jokowi yang baru saja mendarat di Bandara Lombok untuk melakukan kunjungan kerja di NTB mengaku tak begitu mendengar pernyataan Mega terkait penumpang gelap.

"Saya nggak begitu ini, apa ada kata-kata itu?" kata Jokowi yang juga menghadiri pembukaan Kongres IV PDIP, Kamis (9/4/2015).

Namun Jokowi kemudian memberikan penjelasan singkat. Menurut Jokowi ada komunikasi yang perlu diperbaiki antara pemerintah, partai, dan DPR.

"Ini masalah komunikasi saja, kalau komunikasinya baik antara pemerintah, partai, dewan, saya kira semua persoalan yang ada bisa dipecahkan," sambung Jokowi.

Sebelumnya diberitakan Megawati mengungkap ada penumpang gelap, oportunis, sampai orang yang menusuk dari belakang. Mega menyebut ada pihak yang ingin menguasai sumber daya alam demi kepentingannya sendiri.

"Kepentingan yang menjadi 'penumpang gelap' untuk menguasai sumber daya alam bangsa. Kepentingan yang semula hadir dalam wajah kerakyatan, mendadak berubah menjadi hasrat kekuasaan," kata Mega saat membuka Kongres IV Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di Inna Grand Bali Beach, Sanur, Kamis (9/4/2015).

Demi mencegah adanya 'penumpang gelap' tersebut, Mega menyerukan agar Indonesia harus benar-benar tangguh di dalam melakukan negosiasi kontrak migas dan tambang, yang sebentar lagi banyak yang akan berakhir.

"Kini saatnya, dengan kepemimpinan nasional yang baru, Kontrak Merah Putih ditegakkan. Demikian pula Badan Usaha Milik Negara harus diperkuat, dan menjadi pilihan utama kebijakan politik ekonomi berdikari," kata Mega.

Apakah Jokowi mencatat peringatan dan perintah dari Megawati tersebut?

Sanur, - Pidato berapi-api Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri membuka Kongres PDIP IV di Bali. Pidato berapi-api Megawati konon dibuat oleh tim khusus yang diketuai oleh 'Satria Piningit' Prananda Prabowo.

Prananda Prabowo yang selama ini menjadi Ketua Situation Room PDIP memang selama ini dikenal berada di balik pidato-pidato mengharu-biru Megawati. Putra kedua Megawati itu memang kerap berada di balik layar tak seperti sang adik, Puan Maharani, yang kini jadi Menko PMK.

Pidato Megawati yang dibacakan lewat teleprompter memang sangat terstruktur dan menyentuh semua aspek kebangsaan. Gaya pidato Mega yang berapi-api menambah apik pidato Ketua Umum PDIP di pembukaan kongres yang digelar di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur, Kamis (9/4/2015). Nyatanya ribuan peserta kongres PDIP 'terbakar' pidato sang ketua umum yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk partai banteng moncong putih tersebut.

Megawati mengawali pidatonya dengan mengutarakan alasan memilih Bali kembali menjadi lokasi kongres PDIP. Selama ini kongres PDIP memang selalu digelar di Bali yang juga salah satu basis kekuatan PDIP.

"Saudara-saudara, Bali tidak hanya menjadi tiang penyangga kekuatan Partai. Di Pulau Dewata inilah aksara api kesejarahan Partai dituliskan. Aksara kesejarahan berwarna merah membara, yang justru terlihat semakin terang, ketika rintangan kegelapan menghadang. Di tempat ini pula suluh perjuangan kita nyalakan, menjadi api perjuangan yang tidak akan pernah padam," demikian awal pidato Megawati yang menggebu-gebu.

Setelah sedikit membanggakan kemenangan PDIP di Pemilu 2014, Megawati mulai menyoroti momen bersejarah yang bakal dihelat di Bandung. Yakni peringatan Konferensi Asia-Afrika. Pemaparan Mega soal KAA sangat detail, seolah Mega tak sabar mengenang kembali kedigdayaan Indonesia tempo dulu.

"Enam puluh tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 18-24 April 1955, Bung Karno mencetuskan Konferensi Asia-Afrika. Konferensi menghasilkan kesepakatan Dasasila Bandung yang membangunkan kesadaran baru bagi bangsa-bangsa Asia, Afrika dan Amerika Latin untuk mendapatkan hak hidup sebagai bangsa merdeka," kata Mega

"Namun, negara-negara yang baru merdeka tersebut, pada waktu itu dihadapkan pada tantangan baru, berupa rivalitas dua blok besar, yakni Blok Barat dan Blok Timur. Indonesia pun kembali menjadi pelopor Gerakan Non Blok. Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, apa yang saya sampaikan di atas, tidak hanya bertujuan menggelorakan kembali kepemimpinan Indonesia di dunia internasional," ujar Mega berapi-api.

Presiden RI ke-5 itu kemudian menyinggung isu terkini sekaligus mengingatkan Presiden Jokowi untuk patuh kepada konstitusi. "Saudara-saudara sekalian, kepeloporan Indonesia di atas, hanya terjadi karena semangat juang. Mereka berjuang dengan penuh keyakinan, tanpa terpengaruh oleh opini yang dipublikasikan. Inilah dasar-dasar kepemimpinan Indonesia. Kepemimpinan yang menyatu dengan rakyat, dan pada saat bersamaan, setia pada konstitusi. Kesetiaan pada konstitusi ini sifatnya mutlak. Pemimpin memang harus menjalankan kewajiban konstitusionalnya tanpa menghitung apa akibatnya," kata Mega.

"Karmane Vadhikaraste Ma Phaleshu Kada Chana: Kerjakanlah kewajibanmu dengan tidak menghitung-hitung akibatnya. Kepemimpinan yang seperti ini, hanya akan muncul apabila ia sungguh memahami sejarah bangsanya; memahami siapa rakyatnya, dan memahami dari mana asal-usulnya. Untuk itulah, guna mengkontemplasikan kepemimpinan Indonesia, saya mengajak kita semua untuk melihat ke dalam, tentang hal-hal fundamental, tentang cita-cita besar, dan keparipurnaan gagasan Indonesia Merdeka," sambung Mega.

Paparan Mega tentang revolusi mental semakin memberi kesan kemantangan isi pidato tersebut. Mega bicara panjang lebar tentang semangat revolusi mental, sampai sejarahnya di masa lalu.

"Saudara-saudara sekalian, gagasan revolusi mental pertama kali disampaikan dalam Pidato Kenegaraan Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1957. Beliau saat itu mencanangkan berkibarnya Panji Revolusi Mental. Buanglah segala kemalasan, buang segala ego sentrisme, buang segala ketamakan. Jadilah manusia Indonesia, manusia Pembina, manusia yang sampai ke tulang sumsumnya bersemboyan satu buat semua, semua buat pelaksanaan satu cita-cita," kata Mega.

Akhir pidato Mega semakin mengesankan keseluruhan isi pidato yang sangat soekarnois. Mega membacakan puisi karya ayahandanya itu.

AKU MELIHAT INDONESIA

Jikalau aku melihat gunung gunung membiru,
Aku melihat wajah Indonesia;
Jikalau aku mendengar lautan membanting di pantai bergelora,
Aku mendengar suara Indonesia;
Jikalau aku melihat awan putih berarak di angkasa,
Aku melihat keindahan Indonesia;
Jikalau aku mendengarkan burung perkutut di pepohonan,
Aku mendengarkan suara Indonesia.

Jikalau aku melihat matanya rakyat Indonesia di pinggir djalan,
Apalagi sinar matanya anak-anak kecil Indonesia,
Aku sebenarnya melihat wajah Indonesia.

Air mata dan pekikan teriakan "Merdeka" menutup pidato mengesankan Mega sekaligus membuka secara resmi Kongres IV PDIP di Bali.

No comments:

Post a Comment

http://www.youtube.com/user/dimensinet
http://www.youtube.com/user/MrLovemata
https://twitter.com/LoVeMaTa
Mohon untuk di Jempol dan di SUBSCRIBE yah gan. Terima Kasih