02 March 2015

Wihara Petak Sembilan Lebih dari Sekadar Tempat Ibadah

Nur AzizahYeni, warga Jelambar, Jakarta Barat sembahyang di depan sisa-sisa kebakaran Wihara Dharma Bakti, Senin (2/3/2015)

JAKARTA, KOMPAS.com — Seorang wanita menangis di depan sisa-sisa kebakaran Wihara Dharma Bakti, Senin (2/3/2015) siang. Ia kemudian duduk dengan menekuk kakinya, sedangkan dua telapak tangannya dirapatkan layaknya orang bertapa. 

Beberapa menit kemudian, badan wanita itu meliuk-liuk dan sesekali membungkuk seperti sedang menyembah. "Tadi saya sedang berdoa kepada Dewi Kwan Im," kata Yeni seusai sembahyang di depan bangunan yang terbakar, Senin (2/3/2015).

Saat mendengar kabar kebakaran yang menimpa wihara tertua di Jakarta itu, Yeni langsung bergegas menuju lokasi kebakaran. Baginya, wihara yang dikenal juga dengan nama Wihara Petak Sembilan tersebut lebih dari sekadar tempat beribadah. 

Wihara itu sudah ia anggap sebagai rumah dan tempat untuk berkeluh kesah. "Saya sangat sedih. Saat mendengar kebakaran, saya langsung ke sini," kata Yeni. Air matanya pun masih tersisa di sudut matanya.

Yeni mengaku, Wihara Petak Sembilan adalah tempat yang banyak mengubah kehidupannya. Hampir setiap hari ia datang dan berdoa di wihara itu. 

Pasca-kebakaran yang menimpa wihara tertua di Jakarta itu, Yeni berencana akan membuat altar sendiri dan sembahyang di rumahnya. Tak hanya Yeni, beberapa warga pun sengaja datang untuk berdoa di depan sisa puing kebakaran wihara. 

Dalam pantauan Kompas.com, mereka datang membawa beberapa batang hio, lalu meletakkannya di atas kendi besar yang terletak tepat di depan wihara. 

Sementara itu, Hengki Halim, pengurus Wihara Petak Sembilan, mengatakan, wihara yang berdiri sejak 400 tahun silam itu bukan sekadar tempat beribadah, tetapi juga aset sejarah dan cagar budaya yang sangat bernilai. 

Maka dari itu, tak heran jika wihara tersebut selalu ramai dikunjungi warga lokal maupun mancanegara. "Sekarang wihara ini sudah terbakar. Padahal, ini aset yang harus dijaga," kata Hengki.

Api tak hanya menghanguskan bangunan seluas 1.200 meter, tetapi juga membakar 60 buah patung bersejarah. Hingga kini, kepolisian dari Polsek Taman Sari, Jakarta Barat, masih melakukan penyelidikan penyebab terjadinya kebakaran. 

Kanitbimas Polsek Taman Sari Komisaris Darwin mengatakan, dugaan sementara, api berasal dari lilin-lilin besar yang membakar atap wihara.

Kebakaran terjadi di Jalan Kemenangan Raya RT 02/02, Petak Sembilan, Jakarta Barat, Senin (2/3/2015).

Berdasarkan informasi yang dilansir TMC Polda Metro Jaya, peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 04.40 WIB.

Belum diketahui pasti apakah rumah atau bangunan lain yang dilalap si jago merah. Saat ini masih dalam penanganan Dinas Pemadam Kebakaran.

Salah satu kelenteng tertua di Jakarta, Wihara Dharma Bhakti, Petak Sembilan, Taman Sari, Jakarta Barat, habis terlalap api. Petugas Piket Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Bencana (Sudin Damkar PB) Jakarta Barat Nurhadi menjelaskan, kebakaran terjadi pada Senin (2/3/2015) sekitar pukul 03.55 dini hari tadi. 

"Belum diketahui pasti sumber api dari mana. Dugaan sementara berasal dari lilin dan dupa yang berada di dalam wihara, kemudian merembet ke rumah penduduk," kata Nurhadi kepadaKompas.com, Senin pagi.  

Banyaknya bahan yang mudah terbakar di dalam wihara tersebut membuat petugas pemadam kebakaran kesulitan memadamkan kobaran api. Kendati demikian, hingga pukul 08.30, petugas di lokasi sudah melakukan pendinginan api. 

Tidak ada korban jiwa akibat kebakaran tersebut. Namun, lanjut dia, diperkirakan kerugian material mencapai miliaran rupiah. Pasalnya, api merembet ke permukiman warga yang berdekatan. 

"Total 30 unit mobil pemadam kebakaran yang diterjunkan dan sekarang kebakaran itu masih dalam penyelidikan Polsek Taman Sari," kata Nurhadi.

Kompas.com / Fitri PrawitasariVihara Dharma Bhakti di Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat

Wihara Dharma Bhakti yang berada di Jalan Kemenangan, Petak Sembilan, Kelurahan Glodok, Tamansari, Jakarta Barat, habis terbakar. Berikut sejarah wihara yang sudah berdiri sejak 400 tahun silam itu. (Baca: Satu Kelenteng Tertua di Jakarta Habis Dilalap Api)

Berdasarkan informasi yang tertera di situs web jakarta.go.id, Wihara Dharma Bhakti ini merupakan wihara terbesar di Jakarta. Bangunan ini memiliki nama lain Kim Tek Ji. Luas seluruh lingkungan sekitar 1.200 meter persegi.

Pada pintu gerbang besar, yang juga pintu masuk ke dalam wihara, tersusun gambar-gambar dan ukiran. Di dalam kelenteng seluruhnya berjumlah 15 kedudukan Hud, Sin, dan Sien. Di dekatnya ada ruangan untuk Hok Tek Tjin Sin (tuan tanah), dan di sebelah kirinya tempat kedudukan Tjay Sin Ya, di samping kanan Sin Go Ho Tjong Hun (lima macam). Di sebelah samping kanan tempat kedudukan Sien Sing ang Kong dan Sien Thay Suy Ya. Di sebelah kiri Sien Sing ang Kong tempat kedudukan Sien Hwa Kong Hwa Ma. Di sebelah kanan Siem Pek Houw Tjong Kun (Macan Putih).

Wihara ini masuk dalam keanggotaan Majelis Agama Buddha Indonesia (MABI). Beberapa orang yang pernah mengelola Wihara Dharma Bhakti adalah Bapak Yap Sutopo Wie Kie (Jaya Diguna Budiman), Ang Je Kwi, Oey Tek Seng, Lie Tjin Thai, dan pengurus tua lama Ang Lee Tiok. 

Tujuan yayasan adalah memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat golongan Buddhis, Taois, dan Konghucu dalam menunaikan peribadatannya, termasuk pelayanan sosial dalam pengobatan pada polikliniknya. Sejak tahun 1970-an bangunan kelenteng diperbaiki terus-menerus dengan dana yang banyak diperoleh dari para anggota, donatur, dan masyarakat pengunjung yang beribadah di tempat itu. Setiap hari para pengunjung yang bersembahyang rata-rata mencapai 100 orang.

Setiap tahun ada delapan kali acara yang teramat ramai dikunjungi orang untuk bersembahyang yang jumlahnya mencapai puluhan ribu orang, bertempat di Bio Ma Kwan Im, yaitu pada saat: 
1. Imlek tanggal 1 bulan 1 (tahun baru Imlek).
2. Imlek tanggal 8 bulan 1, Tian Kong Si (Sembahyang Tuhan Allah).
3. Imlek tanggal 15 bulan 1, Cap Go Meh.
4. Imlek tanggal 19 bulan 2, hari ulang tahun Ma Kwan Im pertama. 
5. Imlek tanggal 19 bulan 6 hari ulang tahun Ma Kwan Im kedua. 
6. Ma Kwan Im ketiga.
8. Imlek Tahun.

Alfiyyatur RohmahSuasana Klenteng Dharma Bhakti pada Senin (4/2/2013). Klenteng ini merupakan Klenteng tertua di Jakarta yang berdiri sejak tahun 1650 mesehi.

 Biksu Wihara Dharma Bhakti Thomas mengaku sedih dengan kebakaran yang menghanguskan tempat ibadahnya. Namun, dia bersyukur bahwa patung Dewi Kwan Im yang merupakan patung inti kelenteng berhasil diselamatkan, meski patung lainnya banyak yang hangus terbakar. 

"Ini bisa menjadi pelajaran bagi pengurus wihara lain. Jika sudah tidak ada yang beribadah, lilin-lilin yang ada di dalam agar dimatikan karena bisa menyebabkan kebakaran," kata Biksu Thomas di Wihara Dharma Bhakti, Jalan Kemenangan, Petak Sembilan, Kelurahan Glodok, Tamansari, Jakarta Barat, Senin (2/3/2015). (Baca: Sejarah 400 Tahun Vihara Dharma Bhakti yang Terbakar Pagi Tadi)

Kebakaran di wihara terbesar di Jakarta itu terjadi pada pukul 03.55. Menurut Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta, Subejo, api bisa dipadamkan pada pukul 04.25 dengan mengerahkan 30 mobil pemadam kebakaran. Tidak ada korban luka maupun jiwa dalam peristiwa itu. (Baca:Satu Klenteng Tertua di Jakarta Habis Dilalap Api)

Petugas sempat kesulitan menjangkau titik api karena banyaknya mobil pribadi yang terparkir di sekitar wihara. Beruntung, petugas dengan cepat bisa memadamkan kobaran api. "Api berhasil dipadamkan setengah jam kemudian sehingga tidak merembet ke permukiman warga," ujar Subejo.

Namun, Subejo mengaku belum mengetahui penyebab dan kerugian akibat musibah kebakaran tersebut. "Penyebab kebakaran belum diketahui karena masih dalam tahap penyelidikan polisi," katanya.

Nur AzizahKondisi Wihara Dharma Bhakti pascakebakaran pada Senin (2/3/2015) pagi tadi, Jakarta Barat

JAKARTA, KOMPAS.com - Kelenteng Wihara Dharma Bakti, Jalan Kemenangan, Petak Sembilan, Kelurahan Glodok, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, terbakar, Senin (2/3/2015) pukul 04.00 WIB. Api baru bisa dijinakkan setelah 30 mobil pemadam kebakaran dikerahkan ke kelenteng tertua di Jakarta itu.

Pantauan Kompas.com api menghanguskan seluruh ruangan klenteng tertua di Jakarta itu. Hanya tiang penyangga berwarna merah di pintu luar yang masih berdiri. Lainnya, ikut menjadi abu dan menghitam karena jilatan api.

Pengurus Wihara Dharma Bakti Hengki Halim sangat kecewa dengan kebakaran hebat yang menimpa wihara tersebut. Pasalnya, banyak peninggalan bersejarah yang ikut menjadi korban amukan api. [Baca: Satu Kelenteng Tertua di Jakarta Dilalap Api]

"Wihara ini sudah berdiri sejak 400 tahun lalu. Banyak patung-patung bersejarah yang tidak bisa dinilai dengan uang," kata Hengki saat ditemui di latar Wihara Dharma Bakti, Senin (2/3/2015). [Baca: Sejarah 400 Tahun Wihara Dharma Bhakti yang Terbakar Pagi Tadi]

Petugas berhasil menyelamatkan tiga patung saat api mulai berkobar. Salah satunya patung Dewi Kwan Im. "Patung Dewi Kwan In selamat. Tapi tangannya patah. Sekarang lagi diamankan bersama dua patung lainnya," ujar Hengki. [Baca: Patung Dewi Kwan Im Selamat dari Kebakaran Wihara Dharma Bhakti]

Ketika Kompas.com ingin melihat kondisi ketiga patung tersebut, Hengki melarang. Ia mangatakan, patung-patung itu sedang diamankan dan tidak boleh ada yang melihat. 

Dalam insiden kebakaran ini tidak ada korban jiwa. Kerugian ditaksir lebih dari Rp 1 miliar. Saat ini, kepolisian pun masih menyelidiki penyebab kebakaran di wihara tersebut.

No comments:

Post a Comment

http://www.youtube.com/user/dimensinet
http://www.youtube.com/user/MrLovemata
https://twitter.com/LoVeMaTa
Mohon untuk di Jempol dan di SUBSCRIBE yah gan. Terima Kasih