17 June 2014

PKL Monas Melawan, Anggota Provost Dapat Enam Jahitan di Kepala

JAKARTA, KOMPAS.com - Penertiban pedagang kaki lima (PKL) di Monumen Nasional (Monas) pada Senin (16/6/2014) menimbulkan kericuhan dari pedagang yang menolak digusur. Akibat kejadian itu, seorang anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) mengalami luka di bagian kepala. 

"Biasalah, mereka kan punya kerumunan tersendiri. Sebagian di IRTI ada pedagang yang nakal masih berjualan di dalam Monas," kata Kepala Satpol PP Jakarta Pusat, Yadi Rusmayadi, Senin malam.

Yadi mengatakan, pedagang awalnya tidak ada masalah saat penertiban. PKL yang ada di luar memprovokasi pedagang lain. 

Satpol PP berusaha persuasif dan sepakat sama pedagang untuk mengambil barang pedagang. Namun, kata Yadi, situasi memanas karena pedagang terprovokasi oleh pedagang yang di luar.

Petugas Satpol PP dilempari batu. Salah seorang anggotanya dari porovost terluka terkena lemparan batu yang mengenai kepalanya.

"Anggota saya ada yang terluka di bagian kepala. Namanya Samsi anggota Provost. Kini sedang dilakukan perawatan di rumah sakit. Dia akhirnya harus dijahit sampai enam jahitan di kepala," kata Yadi.

Yadi berharap para pedagang liar di Monas dapat ditindaklanjuti dan tidak membangkang dari petugas. Pihaknya sudah bertoleransi, tetapi pedagang masih berkeras hati.

"Artinya, kita tentu tau apa yang menjadi kewajiban kita, kita hanya berharap langkah persuasif dan mohon dipahami. Kita sudah berikan toleransi, ternyata semakin tidak terkendali," ujar Yadi.

JAKARTA, KOMPAS.com - Penertiban di kawasan Monumen Nasional (Monas) membuat marah para pedagang kaki lima (PKL) yang tengah berjualan di taman Monas. Mereka tidak terima lapaknya digusur dan diambil paksa oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Para PKL itu meneriaki dan memaki petugas Satpol PP yang mengangkut dagangan mereka.

"Mikir pak ini soal perut. Kita dagang buat isi perut bukan ngotorin Monas," kata seorang pedagang dengan nada tinggi, Senin (16/6/2014).

Seorang pedagang lain yang berbaju merah juga meneriaki Satpol PP dengan kata-kata kasar dan tak memedulikan sekitarnya. Bahkan, ia terus berteriak sambil berjalan dan dicegah pedagang lain untuk tak berbuat onar.

"Mereka enggak punya hati. Main ngambil-ngambil aja. Main bawa-bawa aja. Pada enggak punya hati emang," kata wanita itu.

"Ini pasar bayarnya pakai uang rakyat. Tempat ini punya rakyat. Jangan main ambil aja, Pak. Satpol PP sialan emang," kata pedagang lain.

Kekisruhan ini membuat aparat kepolisian yang ada di lokasi ikut mengawasi untuk mencegah adanya korban jiwa.

Kasie Operasi Satpol PP DKI Jakarta Darwis Silitonga mengatakan, petugas Satpol PP sudah biasa dimaki-maki PKL. Memang, katanya, PKL selalu mengeluarkan kata-kata kasar. Bahkan terkadang mereka membawa senjata tajam untuk menolak penertiban seperti ini.

"Sudah biasa terjadi. Mereka pasti nyalahi Satpol PP. Pasti ngomong kita itu kasar dan sebagainya. Tapi itu yang harus kita hadapi," kata Darwis.

JAKARTA, KOMPAS.com— Saat penertiban pedagang kaki lima (PKL) pada Senin (16/6/2014), Wali Kota Jakarta Pusat Saefullah memerintahkan petugas Dinas Perhubungan menderek salah satu mobil yang terparkir di jalan keluar silang barat daya Monumen Nasional (Monas). Mobil bernomor polisi B 7771 HL itu milik salah seorang PKL. 

"Mobil ini tidak tahu punya siapa. Lihat saja isinya barang PKL. Punya PKL pasti. Ini diderek saja," kata Saefullah di Monas.

Saefullah mengatakan, petugas Dinas Perhubungan akan menarik mobil PKL tersebut ke gudang Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di Cakung, Jakarta Timur.

Saat petugas akan menderek mobil tersebut, seorang wanita bernama Epi datang mendekati dan meminta petugas untuk tidak membawa mobil tersebut.

"Itu punya teman saya. Kemarin ikut PRJ Monas, mau angkat keluar, terus itu mobil enggak ada aki. Akinya habis," kata Epi kepada petugas.

Epi mengatakan, mobil tersebut milik temannya yang bernama Septi. Saat itu, kata Epi, Septi sedang dalam perjalanan menuju Monas. Mobil tersebut, kata dia, berisi baju dan makanan. Epi kasihan kepada temannya bila mobil itu dibawa petugas sehingga tidak dapat berjualan di Monas lagi.

Kepala Satpol PP DKI Jakarta Kukuh Hadi Santoso yang berada di lokasi tidak begitu saja percaya. Menurut dia, Epi merupakan salah satu dari sekian banyak preman di Monas. Epi, kata Kukuh, sering mengoordinasi PKL untuk berjualan.

"Pengurus preman tuh dia. Itu sandiwara doang. Banyak PKL sandiwara dari mulai pura-pura pingsan, seolah dipukuli Satpol PP, seolah-olah disiksa. Orang mereka juga enggak diapa-apain. Mereka pada pintar sandiwara," kata Kukuh

No comments:

Post a Comment

http://www.youtube.com/user/dimensinet
http://www.youtube.com/user/MrLovemata
https://twitter.com/LoVeMaTa
Mohon untuk di Jempol dan di SUBSCRIBE yah gan. Terima Kasih