04 September 2014

Pengungsi Yazidi Kisahkan Penguburan Hidup-hidup di Irak

AHMAD AL-RUBAYE / AFP

PBB memperkirakan sekitar 20.000-30.000 warga etnis Yazidi masih terjebak di Gunung Sinjar setelah melarikan diri dari kejaran ISIS.

DAYRABUN, KOMPAS.COM — Seorang pengungsi Yazidi, Samo Ilyas Ali, mempunyai sembilan anak untuk diberi makan. Namun, dia tidak bisa fokus ke masa depan. Suara para perempuan dan anak-anak yang menangis meminta tolong saat dikubur hidup-hidup oleh militan ISIS di Irak utara sering memenuhi pikirannya.

Puluhan ribu warga Yazidi melarikan diri dari tanah leluhur mereka di Sinjar dan desa-desa lain  dari kaum militan Sunni yang menganggap warga etnis minoritas itu sebagai penyembah setan. Mereka dipaksa menganut Islam versi radikal atau mati.

Para pengungsi itu duduk termenung di kamp-kamp di wilayah semi-otonom Kurdi di Irak utara. Trauma dengan militan ISIS yang terkenal karena pemenggalan dan eksekusi massal, mereka hanya ingin meninggalkan Irak dan pergi sejauh mungkin ke negara-negara seperti Jerman, dunia yang jauh dari adat istiadat mereka.

Serangan udara AS terhadap posisi ISIS dan janji para komandan Kurdi untuk merebut kembali desa-desa Yazidi tidak memberikan jaminan. 

Sangat mudah untuk paham mengapa mereka tidak yakin. 

Sepuluh hari lalu, Ali dan sesama warga desa tiba-tiba dikelilingi militan ISIS bersenapan mesin pada malam hari. Militan itu berjenggot panjang. Beberapa mengenakan masker wajah dan tulisan Arab di bagian kepala mereka.

Militan ISIS lalu mulai menggali parit, yang kemudian ternyata jadi kuburan massal. "Kami tidak mengerti. Lalu, mereka mulai mengarahkan orang-orang ke lubang-lubang itu. Orang-orang tersebut masih hidup," kata Ali (46 tahun), mantan pemilik toko kelontong, yang berusaha untuk berhenti menangis.

"Setelah beberapa saat, kami mendengar suara tembakan. Saya tidak bisa melupakan adegan itu. Perempuan, anak-anak, menangis meminta tolong. Kami harus berlari demi nyawa kami sendiri, tidak ada yang bisa dilakukan untuk mereka."

Keterangan tersebut tidak mungkin untuk diverifikasi secara independen.

Sejumlah warga Yazidi lolos berkat bantuan pejuang Kurdi Turki dan Suriah. Namun, adegan serupa dilaporkan terjadi di beberapa bagian di Irak utara.

Dalam beberapa pertumpahan darah terbaru, militan ISIS membantai sedikitnya 80 pria Yazidi di desa Kawju karena mereka menolak untuk masuk Islam. Demikian kata para pejabat Irak. Perempuan dan anak-anak disandera.

ISIS tampak paling berhasrat membunuh warga Syiah Irak, yang dianggap sesat. Dalam serangan terbaru ISIS di Irak utara, kaum minoritas Yazidi dan Kristen paling menderita.

Kaum Yazidi, pengikut agama kuno yang bermula dari Zoroastrianisme, tersebar di Irak utara dan merupakan bagian dari minoritas Kurdi negara itu. Banyak desa mereka hancur ketika pasukan Saddam Hussein mencoba untuk menghancurkan Kurdi. Beberapa dibawa pergi oleh agen intelijen mantan diktator itu.

Sekarang mereka merasa tak berdaya lagi. Sesama Kurdi meninggalkan mereka. Irak kini punya perdana menteri baru yang dipandang moderat dan dinilai mungkin dapat membawa stabilitas politik yang bisa menguntungkan wilayah utara.

Namun, banyak warga Yazidi telah kehilangan kepercayaan terhadap Irak dan para pemimpinnya. Mereka hanya punya sedikit pilihan. Beberapa mengeluh bahwa pasukan Kurdi tidak  membiarkan mereka melakukan perjalanan ke Turki.

Jadi, untuk saat ini, tampaknya yang mereka bisa lakukan adalah menunggu dan mencoba untuk melupakan apa yang menyebabkan mereka telah meninggalkan rumah mereka. 

"Mereka menguburkan perempuan dan anak-anak di dalam tanah. Mereka masih hidup. Saya masih mendengar teriakan mereka. Mereka berusaha untuk menjaga kepalanya tetap bernapas," kata teknisi mobil Dawud Hassan, 26 tahun.

"Irak sudah tamat buat saya. Kami punya rumah, toko. Mereka membakar semua milik kami. Kami tak punya apa-apa. Kami ingin menyeberang ke Turki, tetapi Peshmerga tidak membiarkan kami. Kami tidak akan tinggal di sana. Kami ingin pergi ke Eropa."

Tidak jelas apakah pasukan Pemerintah Irak atau Peshmerga akan berhasil merebut kembali wilayah itu dan kemudian menguasainya, sesuatu yang bisa membantu warga Yazidi percaya lagi pada negara mereka.

Di sisi lain, ISIS semakin ambisius. Kelompok itu sudah meraih banyak wilayah di utara dan sumber-sumber daya, seperti ladang minyak yang akan membantu mendanai kekhalifahan yang mereka proklamasikan. 

Beberapa warga Yazidi, seperti Hassan (22 tahun), seorang mahasiswa, menggelengkan kepala tanda tak percaya ketika mengingat bahwa hanya pejuang Kurdi asing dari Turki atau Suriah yang memberi pertolongan buat mereka.

AFP PHOTO / SAFIN HAMEDWarga Kristen Irak yang melarikan diri dari kekerasan di Desa Qaraqush, sekitar 30 kilometer Provinsi Nineveh, tiba di Gereja Saint-Joseph di Kota Arbil, wilayah otonomi Kurdistan Irak, 7 Agustus 2014. Mereka melarikan diri setelah ISIS merebut Qaraqush.

BAGHDAD, KOMPAS.COM — Kaum militan Negara Islam, yang sebelumnya bernama Negara Islam di Irak dan Suriah atau ISIS, membunuh sedikitnya 500 warga kelompok minoritas Yazidi Irak, mengubur beberapa orang hidup-hidup, dan menjadikan ratusan perempuan sebagai budak. Demikian kata seorang menteri Pemerintah Irak kepada Reuters, Minggu (10/8/2014).

Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Irak Mohammed Shia al-Sudani menuduh ISIS—yang telah mengultimatum kelompok minoritas Yazidi yang mereka anggap sebagai "pemuja setan" untuk masuk Islam atau mati—merayakan "kekejaman keji" dengan bersorak-sorai dan mengacungkan senjata ke udara. Sejauh ini, belum ada konfirmasi independen tentang tuduhan tersebut.

Sepak terjang ISIS di Irak utara telah memaksa puluhan ribu orang melarikan diri. Gerak maju kelompok itu telah mengancam ibu kota wilayah otonom Kurdi dan memicu serangan udara AS di wilayah tersebut sejak Washington menarik pasukannya dari Irak pada akhir 2011.

Sudani mengatakan dalam sebuah wawancara per telepon bahwa berita tentang pembunuhan tersebut datang dari orang-orang yang melarikan diri dari kota Sinjar, sebuah tempat tinggal kuno kaum Yazidi, sebuah komunitas berbahasa Kurdi yang agamanya berbeda dari kaum Muslim dan para penganut agama lainnya.

"Kami mendapat bukti yang diperoleh dari warga Yazidi yang melarikan diri dari Sinjar dan beberapa orang yang lolos dari kematian, dan foto-foto tempat kejadian yang menunjukkan hal-hal yang tak dapat disangkal bahwa geng ISIS telah mengeksekusi sedikitnya 500 Yazidi setelah merebut Sinjar," kata Sudani.

"Sejumlah korban, termasuk perempuan dan anak-anak, telah dikubur hidup-hidup di kuburan massal yang tersebar di dalam dan sekitar Sinjar."

Presiden AS Barack Obama, Sabtu lalu, mengatakan bahwa serangan udara AS telah menghancurkan persenjataan ISIS, yang telah menguasai wilayah luas di Irak utara sejak Juni. Persenjataan ISIS itu bisa digunakan untuk menyerang Kurdi Irak. Namun, Obama memperingatkan, tidak ada pemulihan cepat untuk krisis yang mengancam Irak bisa terpecah belah. 

Pemimpin politik Irak Kurdi, Masoud Barzani, mendesak sekutu-sekutunya untuk mengirim senjata guna membantu pasukannya dalam menghadap kaum militan ISIS, yang berbasis di perbatasan Suriah. Dalam kunjungan Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius, Barzani mengatakan, "Kami tidak melawan organisasi teroris, kami memerangi negara teroris."

Dalam sejumlah komentar yang tampaknya untuk menekan Washington agar meningkatkan respons terhadap ISIS, Menteri HAM Sudani mengatakan, "Teroris Negara Islam juga telah merenggut setidaknya 300 perempuan Yazidi sebagai budak dan mengunci beberapa orang dari mereka di sebuah kantor polisi di Sinjar dan memindahkan beberapa orang lainnya ke kota Tal Afar. Kami khawatir mereka akan membawa para perempuan itu ke luar negeri. Dalam sejumlah foto yang kami peroleh, ada foto tentang kematian warga Yazidi yang telah ditembak di kepala, sementara para petempur ISIS bersorak-sorai dan mengacung-acungkan senjata mereka di atas mayat-mayat itu," tambahnya. "Itu merupakan sebuah kekejaman yang keji."

Sebuah tenggat waktu berakkhir pada Minggu tengah hari kemarin terhadap 300 keluarga komunitas Yazidi, penganut agama yang dipengaruhi Zoroastrianisme dari Persia kuno, untuk masuk Islam atau mati. Masih belum jelas apakah para korban yang dirujuk Menteri HAM Irak itu berasal dari kelompok yang tenggat waktunya sudah habis itu. 

Pesawat militer AS telah menjatuhkan pasokan bantuan bagi puluhan ribu warga Yazidi yang telah berkumpul di padang pasir dekat Gunung Sinjar. Mereka tengah mencari perlindungan dari kejaran militan ISIS. Laporan awal menunjukkan, serangan udara AS telah mendukung pasukan Kurdi dalam perjuangan mereka melawan kaum militan itu. 

Sementara itu, di Vatikan, Paus Fransiskus mengadakan doa hening buat para korban konflik Irak, yang termasuk anggota minoritas Kristen, dalam pesan mingguannya pada hari Minggu kemarin. "Ribuan orang, di antaranya banyak orang Kristen, disingkirkan secara brutal dari rumah mereka. Anak-anak sekarat karena kelaparan dan kehausan saat mereka melarikan diri. Perempuan diculik, orang-orang dibantai, kekerasan dari segala jenis," katanya. "Semua ini sangat menyinggung Tuhan dan sangat melukai kemanusian."

Kecam Maliki

Ketika berbicara sebelum pesawat tempur AS menyerang kaum militan pada hari kedua, Sabtu, Obama mengatakan butuh lebih dari sekadar bom untuk memulihkan stabilitas. Ia mengecam pemerintahan Perdana Menteri Nuri al-Maliki yang berasal dari kalangan Syiah karena telah gagal berbagi kekuasaan dengan kaum minoritas Sunni Irak, yang mendominasi negara itu sebelum invasi AS tahun 2003.

Perancis bergabung dalam seruan agar para pemimpin yang berseteru di Irak membentuk sebuah pemerintahan inklusif yang mampu melawan militan. "Irak sangat membutuhkan pemerintah yang bersatu dan semua rakyat Irak harus merasa bahwa mereka terwakili dalam pemerintahan itu," kata Menteri Luar Negeri Perancis Fabius. "Semua rakyat Irak harus merasa mereka terwakili untuk ambil bagian dalam pertempuran melawan terorisme," katanya dalam konferensi pers dengan sejawatnya dari Irak di Baghdad.

Para pengecam Maliki mengatakan, agenda sektarian Perdana Menteri itu telah mendorong suku-suku Sunni ikut angkat senjata dan bergabung dengan ISIS. Namun, Maliki, yang menjadi seorang caretaker sejak pemilihan yang tak meyakinkan April lalu, telah mengabaikan desakan kalangan Sunni, Kurdi, sesama Syiah, Iran, dan para ulama penting Irak untuk menyingkir dari kekuasaan dan mendukung pemimpin baru yang bisa diterima semua pihak.

No comments:

Post a Comment

http://www.youtube.com/user/dimensinet
http://www.youtube.com/user/MrLovemata
https://twitter.com/LoVeMaTa
Mohon untuk di Jempol dan di SUBSCRIBE yah gan. Terima Kasih