20 June 2016

Melihat Fenomena Kekuatan Masyarakat Sipil Lewat Teman Ahok

Lepas dari segala urusan, apa yang dilakukan Teman Ahok cukup fenomenal. Mereka bisa mengumpulkan 1 juta KTP yang menjadi kendaraan Ahok dan calon wakilnya Heru maju lewat jalur independen.

Membaca kekuatan teman Ahok yang dimotori kaum muda ini dan sukses dengan 1 juta KTP diartikan sebagai bangkitnya masyarakat sipil.

"Teman ahok telah berhasil mengumpulkan ktp 1 juta, jauh melebihi persyaratan untuk calon independen pilgub DKI. Fenomena ini menandakan, bahwa masyarakat sipil jauh lebih perkasa dalam mengorganisir dan memobilisasi dukungan awal bahkan dengan cara cepat untuk urusan Pilkada. Untuk kasus Ahok ini memang unik, selain karena incumbent, juga Ahok itu merupakan figur kontroversial yang mampu menarik perhatian publik Jakarta bahkan nasional," jelas pengamat politik UGM Arie Sudjito dalam keterangannya, Senin (20/6/2016).

Menurut dia, pola yang dilakukan Teman Ahok belum tentu cocok diterapkan di daerah lain dengan segala konteks dan seting sosio kulural dan politik yang berbeda. Kemampuan tim Teman Ahok mengkapitalisasi dan kreasinya untuk menghimpun dukungan, dalam beberapa hal telah berhasil menjawab spekulasi banyak orang.

"Memang kuncinya ada dua; pertama menemukan tokoh sebagai kekuatan perekat yang diusung, seorang figur yang "berbeda" dibanding lainnya, dengan mengandung nilai lebih yang melekat dalam dirinya; Kedua, jaringan relawan yang kuat serta kemampuan mereka memahami masyarakat pemilih, kemudian mengolahnya agar menuai dukungan," sambung dia.

Saat ini, lanjut Arie, memang jamannya media massa dan media sosial yang bisa dijadikan instalasai perluasan informasi, pilar politisasi isu serta instrumen kampanye yang efektif. Tentu ini sangat relevan dengan kota besar seperti Jakarta yang penuh covered media. Teman ahok berhasil memanfaatkan itu semua.

"Dalam gelombang semacam ini, agak sulit bagi jalur parpol untuk mengimbanginya. Apalagi parpol masih terpecah belah, kepentingan masing-masing parpol hingga kini terus mengendus kandidat yang akan diajukan ternyata tidak mudah," tambah dia.

"Saya menduga, logika parpol cenderung pragmatis, yakni mengkalkulasi menang tidaknya andai mengajukan kandidat pesaing Ahok. Jika hanya sekadar jaga gengsi dan keluar uang banyak, mereka belum tentu menempuh jalur mengajukan kandidat itu. Paling-paling buat manuver baru," terangnya lagi.

Arie menyampaikan, kalau dulu Parpol pasti bersikap jaga gengsi, meskipun kemungkinan kalah tetap mengajukan. 

"Tetapi sekarang apakah akan nekat? Tidak semudah itu parpol nekat. Harus diakui sekarang Parpol kesulitan biaya karena makin tertutupnya jalur-jalur lama menghimpun dana politik karena risiko ketahuan korupsi. Mempertimbangkan biaya politik yang harus dikeluarkan untuk bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta begitu besar sementara kemungkinan menang juga kecil, kemungkinan politisi akan pikir-pikir ulang," tegas dia. 

No comments:

Post a Comment

http://www.youtube.com/user/dimensinet
http://www.youtube.com/user/MrLovemata
https://twitter.com/LoVeMaTa
Mohon untuk di Jempol dan di SUBSCRIBE yah gan. Terima Kasih