PT PLN (Persero) mengaku bisa menghemat Rp 350 miliar per tahun dengan pengoperasian pembangkit terapung yang dibawa oleh Karadeniz Powership Zeynep Sultan. Kapal ini nantinya akan membantu menambah pasokan listrik di daerah Sulawesi Utara dan Gorontalo.
"Kita bisa hemat Rp 350 miliar dari Amurang saja," kata Direktur Utama PLN, Sofyan Basir di lokasi parkir Kapal Karadeniz di IPC Car Terminal, Kalibaru, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (8/12/2015).
Sementara itu, Kepala Divisi Supply Chain Management PLN, Septa Hamid menjelaskan kapal tersebut mampu menghasilkan listrik 120 megawatt dengan menggunakan bahan bakar jenis Heavy Fuel Oil (HFO). Bahan bakar jenis lebih murah daripada BBM untuk Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Penghematan tersebut diperoleh karena biaya pembelian listrik ini jauh lebih murah daripada membeli listrik yang dihasilkan oleh PLTD. PLN membeli listrik dari pembangkit terapung ini Rp 870 per kWh sedangkan harga listrik jauh lebih mahal diberi dari PLTD.
"Selama ini, pembangkit di Sulawesi Utara dan Gorontalo 40% masih pakai PLTD," tambahnya.
Saat ini, Sulut dan Gorontalo mengalami defisit sampai 60 mw. Rata-rata pemadaman terjadi hampir setiap hari. Dengan adanya pembangkit terapung, defisit bisa diatasi bahkan jaringan Sulut dan Gorontalo mengalami surplus.
"Memang ada surplus suplai daya. Surplus kan nanti dipakai kalau ada pemeliharaan pembangkit lain dan kita perlu jaga saat beban puncak agar tidak ada pemadaman," sebutnya.
"Kita bisa hemat Rp 350 miliar dari Amurang saja," kata Direktur Utama PLN, Sofyan Basir di lokasi parkir Kapal Karadeniz di IPC Car Terminal, Kalibaru, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (8/12/2015).
Sementara itu, Kepala Divisi Supply Chain Management PLN, Septa Hamid menjelaskan kapal tersebut mampu menghasilkan listrik 120 megawatt dengan menggunakan bahan bakar jenis Heavy Fuel Oil (HFO). Bahan bakar jenis lebih murah daripada BBM untuk Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Penghematan tersebut diperoleh karena biaya pembelian listrik ini jauh lebih murah daripada membeli listrik yang dihasilkan oleh PLTD. PLN membeli listrik dari pembangkit terapung ini Rp 870 per kWh sedangkan harga listrik jauh lebih mahal diberi dari PLTD.
"Selama ini, pembangkit di Sulawesi Utara dan Gorontalo 40% masih pakai PLTD," tambahnya.
Saat ini, Sulut dan Gorontalo mengalami defisit sampai 60 mw. Rata-rata pemadaman terjadi hampir setiap hari. Dengan adanya pembangkit terapung, defisit bisa diatasi bahkan jaringan Sulut dan Gorontalo mengalami surplus.
"Memang ada surplus suplai daya. Surplus kan nanti dipakai kalau ada pemeliharaan pembangkit lain dan kita perlu jaga saat beban puncak agar tidak ada pemadaman," sebutnya.
No comments:
Post a Comment
http://www.youtube.com/user/dimensinet
http://www.youtube.com/user/MrLovemata
https://twitter.com/LoVeMaTa
Mohon untuk di Jempol dan di SUBSCRIBE yah gan. Terima Kasih