JAKARTA, KOMPAS.com - Kali yang kumuh, kotor, dan penuh sampah itu mulai berubah. Proyek normalisasi telah mengubah sebagian wajah kali meski sebagian besar masih bopeng-bopeng. Bukan hanya sebagai upaya mengatasi banjir kali-kali itu berubah menjadi ruang publik atau ruang terbuka hijau baru di tengah kian menyusutnya area publik Ibu Kota.
Sebagai bagian dari proyek penanganan banjir, pemerintah melakukan normalisasi Kali Pesanggrahan dan sejumlah kali lainnya. Pesanggrahan mengalir sepanjang 66,7 kilometer dari hulunya di Gunung Salak, Kabupaten Bogor. Rencana normalisasi dilakukan sepanjang 26,7 kilometer badan kali.
Normalisasi juga berlangsung, antara lain, di Kali Angke Hulu dan Sunter. Pengerjaan normalisasi Kali Angke Hulu sepanjang 20 km, sedangkan Kali Sunter sepanjang 18,75 km.
Selain pengerukan, pekerjaan normalisasi berupa penguatan tebing, pintu air, dan saluran gendong, serta pembangunan jembatan dan pembuatan jalan inspeksi. Tanggul kali yang bersih dan jalan inspeksi yang mulus, serta penanaman pohon-pohon penghijauan, kini menjadi tempat favorit berkumpulnya warga.
Kali Pesanggrahan di seberang Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, misalnya, kini tak lagi angker. Banyak warga menjadikan embung yang baru dibangun sebagai tempat memancing. Jalan inspeksi yang mulus, selain menambah akses warga, juga dimanfaatkan untuk berjalan-jalan dan berolahraga.
Kondisi kali yang bersih itu turut mengubah sebagian ”budaya” buruk warga. ”Dulu warga suka buang sampah di kali. Setelah bersih, kita jadi malu buang sampah sembarangan,” kata Jumanta (54), warga RT 012 RW 002, Pesanggrahan, yang rumahnya di tepi kali.
Tak hanya di Pesanggrahan, manfaat perubahan wajah kali juga lebih dulu terjadi di sebagian ruas Cisadane dan Kanal Timur. Penambahan ruang publik sudah dirasakan warga Kota Tangerang melalui penataan salah satu tepian Kali Cisadane.
Tepian kali yang berada di depan kawasan Pasar Lama Tangerang, misalnya, setiap sore kini dipadati warga yang bersantai, memancing, berolahraga, atau jajan di pedagang kaki lima.
Irna (18), salah seorang pengunjung, senang menghabiskan waktu di tepi Cisadane yang tertata rapi. Tata kota yang rapi membuatnya merasa nyaman meskipun sekadar menikmati es cendol di tepi sungai.
”Baru beberapa kali main ke sini, biasanya cuma mampir. Di sini enak, nyaman buat nongkrong,” kata Irna.
Di tepi Kali Krukut, Mampang Pela, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, warga bahkan membangun tempat duduk dan kanopi. Setiap sore lokasi itu dipenuhi warga yang duduk dan bercengkerama bersama. Herman (52), warga setempat, mengatakan sering berolahraga di dekat sungai. ”Refreshing biar tidak bosan,” katanya.
”Water front city”
Kepala Bagian Protokol Kota Tangerang Sugiharto Ahmad Bagja menuturkan, penataan kawasan Pasar Lama Tangerang sudah dimulai sejak 2008. Pembangunan trotoar di tepi kali sudah terealisasi sepanjang sekitar 1,3 km. Menurut dia, arah pembangunan di kawasan itu adalah water front city atau kota yang menghadap ke sungai.
Rumah-rumah dan pertokoan ditata supaya menghadap ke sungai. Dengan demikian, pemandangan tepi kali harus diubah menjadi lebih bagus. ”Kalau menghadap ke sungai, warga akan sungkan membuang sampah ke kali. Ini berbeda kalau rumah mereka membelakangi sungai, mereka akan anggap sungai adalah tempat pembuangan,” ujar Sugiharto.
Pada bagian sisi kali yang belum tertata, Pemkot Tangerang juga berencana membangun turap. Setelah terbangun turap, pemerintah juga akan menata trotoar tepi kali (promenade). Pemkot Tangerang berharap kawasan bersejarah ini bisa dipelihara dan menjadi daya tarik bagi wisatawan. Pasalnya, di lokasi ini banyak bangunan bersejarah dari warga Cina Benteng atau Cina peranakan.
Penataan Kanal Timur juga menjadikan saluran air itu area publik yang aktif digunakan warga untuk olahraga dan berkumpul. Sejak digunakan sebagai pengendali banjir sekitar 2010 lalu, Kanal Timur juga ditata sebagai ruang terbuka hijau. Berbagai macam pohon ditanam di area trase kering di sepanjang kanal itu. Hijau menaungi kanal yang sebelumnya adalah kawasan perkampungan itu.
Tak mudah
Dalam perjalanannya, tak mudah mewujudkan normalisasi kali karena beban terbesar program ini adalah masalah sosial. Pembebasan lahan dari hunian sampai relokasi warga membutuhkan waktu bertahun-tahun. Kanal Timur contohnya, yang sejak dibangun 2004 baru dapat berfungsi pada 2010.
Tak sedikit warga menolak dan bertahan. Hingga 2009 masih ditemui beberapa rumah berdiri di tengah Kanal Timur yang siap dilalui air dari Kali Cipinang, Buaran, dan beberapa kali lainnya.
Normalisasi Kali Pesanggrahan pun tak mulus. Di sejumlah bagian, pengerjaan normalisasi yang masih terpotong karena terbentur pembebasan lahan. Misalnya, proyek di tepi perumahan Sekolah Polwan ini terhenti selepas perumahan.
Selain masih terpotong-potong, konsistensi pemerintah dalam mengubah wajah sungai juga perlu dipertanyakan. Pasalnya, di sejumlah bantaran kali pembangunan gedung-gedung baru dibiarkan. Contohnya, sebuah gedung komersial di Cipulir, Jakarta Selatan, di tepi Kali Pesanggrahan. Pembangunan gedung itu bertolak belakang dengan upaya normalisasi kali.
Kepala Bidang Pelaksana Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane Bastari mengatakan, mengerjakan normalisasi kali harus cepat. Jangan sampai ada area yang telah siap malah tak dikerjakan, itu akan mengundang kembali warga mengokupasi lahan.
”Makanya, kami dalam melaksanakan normalisasi ini selalu mengejar area-area yang sudah siap dikerjakan. Tak masalah terpotong-potong karena desain besarnya juga sudah ada, tinggal menyambung,” katanya.
Sebanyak 13 sungai mengalir ke Jakarta. Sayangnya, selama ini sungai-sungai itu menjadi halaman belakang. Sudah seharusnya pola itu berubah. Saatnya menjadikan sungai sebagai halaman depan Ibu Kota. (DEA/BRO/MDN/DNA/RAY)
JAKARTA, KOMPAS.com - Proses pembangunan jalan layang (flyover) untuk bus transjakarta Koridor XIII Ciledug-Blok M mulai dibangun.
Pengamatan Warta Kota di Jalan Kapten Pierre Tendean, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (14/1/2015), pekerjaan sudah dimulai di beberapa titik.
Pekerja menggali tanah di pinggir Jalan Tendean menuju ke arah Mampang. Proyek tersebut dipagari seng bertuliskan “Pembangunan Jalan Layang Kapten Tendean - Blok M- Cileduk Paket Santa”. Pekerjaan dilakukan PT Yasa.
Menurut seorang pekerja, pekerjaan saat ini adalah pengetesan tanah untuk melihat apakah ada infrastruktur di dalam tanah, mengingat pembangunan akan menggunakan tiang-tiang besar untuk jalan layang.
Rencananya, pembangunan koridor baru ini akan dilakukan dalam delapan paket pengerjaan dan akan memiliki 12 halte.
Anggaran pembangunan jalan layang tersebut mencapai Rp 2,5 triliun dengan rincian Rp 200 miliar untuk biaya konsultan perencanaan, desain awal dan konsultan manajemen. Sementara untuk pembangunan fisiknya sendiri mencapai Rp 2,3 triliun. Biaya pembangunannya menggunakan anggaran multi years atau tahun jamak.
Jalan layang akan memiliki total panjang lintasan 9,4 kilometer yang terbentang dari Ciledug hingga Jalan Kapten Pierre Tendean. Memiliki lebar sembilan meter dan tinggi sekitar 12 hingga 20 meter. (Ahmad Sabran)
No comments:
Post a Comment
http://www.youtube.com/user/dimensinet
http://www.youtube.com/user/MrLovemata
https://twitter.com/LoVeMaTa
Mohon untuk di Jempol dan di SUBSCRIBE yah gan. Terima Kasih