Merdeka.com - Sebagai pensiunan orang nomor satu di DKI Jakarta, Henk Ngantung dan keluarga, harusnya hidup berkecukupan. Tapi nyatanya, gubernur era 1964-1965, itu justru hidup sengsara bahkan tak mendapatkan perhatian dengan pemerintah.
Kondisi tersebut berlangsung terus sampai Henk Ngantung meninggal dunia. Kehidupan mereka tak sedikit pun berubah, hingga Hetty Evelyn Ngantung, istri Henk Ngantung, juga mengembuskan napas terakhir di RS UKI tadi malam.
Di masa hidupnya, Evelyn yang tinggal di sebuah rumah di Jl Dewi Sartika Gang Jambu No 25, Jakarta Timur, pernah berpikir untuk menjadikan bangunan tua itu sebagai tempat kegiatan seni dan budaya. Alasannya, Evelyn yang tinggal seorang diri tak sanggup lagi mengurus rumah seiring dengan usia makin senja.
"Saya kan sudah tua, lagian juga cuma tinggal sendiri. Makanya lebih baik rumah ini saya mau kasih saja ke Pemprov (Pemerintah Provinsi) DKI Jakarta buat pusat kesenian dan budaya," kata Evelyn, beberapa waktu lalu.
Evelyn pun pernah mendatangi Balai Kota untuk bertemu dengan Jokowi dan Ahok. Dia mengeluhkan kondisi rumahnya sudah hancur dan tidak layak untuk dijadikan tempat tinggal. Oleh karenanya, jalan alternatif dilakukan pemugaran atau dijual yang kemudian dijadikan sebagai cagar budaya.
"Rumah saya sudah hancur, jadi tidak layak tinggal, di dalam sudah rusak, mau dipugar. Kalau saya mau jual mau dibikin galeri," jelasnya.
Namun, Hetty memilih untuk diperbaiki saja. Sebab, kalau dijual dia masih belum tahu akan tinggal di mana.
Curhat Evelyn disambut baik pihak Pemprov DKI Jakarta, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Dia memerintahkan Kepala Dinas Perumahan yang dijabat Jonathan Pasodung beserta Kepala Dinas P2B untuk mendatangi rumah itu dan menghitung kerusakan bangunan tua tersebut.
"Belum tahu (anggaran), baru dihitung. Yang penting atapnya jangan sampai kebocoran," ujar Ahok kala itu.
Janda mantan Gubernur DKI Henk Ngantung sengsara semasa hidup
Merdeka.com - Hetty Evelyn Ngantung (75), istri mantan Gubernur DKI Jakarta, Henk Ngantung, meninggal dunia tadi malam karena sakit komplikasi yang dialami. Semasa hidupnya, wanita yang akrab disapa Evelyn ini hidup sengsara.
Setelah suaminya pensiun sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta, mereka hidup seadanya di sebuah rumah di gang sempit di kawasan Jakarta Timur.
Gang sempit itu tak cukup dilewati mobil, hanya cukup dilewati dua motor. Di ujung gang, berdirilah sebuah rumah tua yang tak terawat. Di sanalah Henk Ngantung tinggal setelah diberhentikan sebagai Gubernur DKI Jakarta. Di sini pula Henk menghabiskan sisa usianya.
"Ya beginilah keadaannya," sambutnya sambil membukakan pintu rumah untuk merdeka.com, beberapa waktu lalu.
Evelyn tinggal seorang diri di rumah ini. Luas tanah milik Henk 2.440 meter persegi, sementara luas rumah sekitar 120 meter. Cukup luas untuk saat ini, tapi tahun 1960, rumah dan tanah dalam gang sempit ini harganya murah. Bandingkan dengan rata-rata mantan pejabat yang memiliki rumah tinggal di kawasan elite Menteng, Jakarta Pusat.
"Saya dulu jual rumah di Tanah Abang untuk beli rumah dan tanah di sini. Tahun 1970, saya pindah ke sini," kata Evelyn.
Evelyn menempati satu orang di ruang keluarga. Di tempat itulah dia menjalankan semua aktivitasnya, mulai dari makan, tidur, hingga menerima tamu. Ruangan lain sudah rusak tak terawat.
Dapur dan ruang tamu kelihatannya sudah bertahun-tahun tidak diurus. Tak ada perabotan mewah di rumah tersebut.
Lebih jauh dia mengatakan, perekonomian keluarga makin sulit ketika Henk Ngantung meninggal dunia. Evelyn, sapaannya, harus berjuang hidup dengan dengan mengandalkan pensiunan suami Rp 830.000.
"Ya zaman sekarang, uang Rp 830 ribu sulit mencukupi. Bayar listrik dan yang lain-lainnya saja tidak cukup," kata Evelyn.
Kalau sudah tak punya uang, Evelyn coba datang ke kantor Gubernur DKI Jakarta. Dia meminta sedikit uang pada para gubernur untuk menyambung hidupnya.
"Saya pernah minta pada Pak Fauzi Bowo , pada pak Sutiyoso juga pernah," akunya.
Henk menjadi wakil gubernur DKI Jakarta tahun 1960-1964. Kemudian menjadi Gubernur DKI Jakarta 1964-1965, era pemerintahan Orde Baru.
Setelah suaminya pensiun sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta, mereka hidup seadanya di sebuah rumah di gang sempit di kawasan Jakarta Timur.
Gang sempit itu tak cukup dilewati mobil, hanya cukup dilewati dua motor. Di ujung gang, berdirilah sebuah rumah tua yang tak terawat. Di sanalah Henk Ngantung tinggal setelah diberhentikan sebagai Gubernur DKI Jakarta. Di sini pula Henk menghabiskan sisa usianya.
"Ya beginilah keadaannya," sambutnya sambil membukakan pintu rumah untuk merdeka.com, beberapa waktu lalu.
Evelyn tinggal seorang diri di rumah ini. Luas tanah milik Henk 2.440 meter persegi, sementara luas rumah sekitar 120 meter. Cukup luas untuk saat ini, tapi tahun 1960, rumah dan tanah dalam gang sempit ini harganya murah. Bandingkan dengan rata-rata mantan pejabat yang memiliki rumah tinggal di kawasan elite Menteng, Jakarta Pusat.
"Saya dulu jual rumah di Tanah Abang untuk beli rumah dan tanah di sini. Tahun 1970, saya pindah ke sini," kata Evelyn.
Evelyn menempati satu orang di ruang keluarga. Di tempat itulah dia menjalankan semua aktivitasnya, mulai dari makan, tidur, hingga menerima tamu. Ruangan lain sudah rusak tak terawat.
Dapur dan ruang tamu kelihatannya sudah bertahun-tahun tidak diurus. Tak ada perabotan mewah di rumah tersebut.
Lebih jauh dia mengatakan, perekonomian keluarga makin sulit ketika Henk Ngantung meninggal dunia. Evelyn, sapaannya, harus berjuang hidup dengan dengan mengandalkan pensiunan suami Rp 830.000.
"Ya zaman sekarang, uang Rp 830 ribu sulit mencukupi. Bayar listrik dan yang lain-lainnya saja tidak cukup," kata Evelyn.
Kalau sudah tak punya uang, Evelyn coba datang ke kantor Gubernur DKI Jakarta. Dia meminta sedikit uang pada para gubernur untuk menyambung hidupnya.
"Saya pernah minta pada Pak Fauzi Bowo , pada pak Sutiyoso juga pernah," akunya.
Henk menjadi wakil gubernur DKI Jakarta tahun 1960-1964. Kemudian menjadi Gubernur DKI Jakarta 1964-1965, era pemerintahan Orde Baru.
Merdeka.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memastikan akan merenovasi rumah mantan Gubernur DKI Jakarta era 1964-1965, Henk Ngantung. Pada Rabu malam, Kepala Dinas Perumahan Jonathan Pasodung beserta Kepala Dinas P2B telah mendatangi rumah tersebut.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku anggaran untuk merenovasi tersebut berasal dari Dinas Perumahan. Namun, besaran nominal yang akan dialokasikan untuk rumah yang letaknya di Jl Dewi Sartika Gang Jambu No 25 Jakarta Timur ini belum dihitung secara rinci.
"Belum tahu, baru dihitung. Yang penting atapnya jangan sampai kebocoran," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Kamis (25/4).
Menurutnya, mengenai apakah Pemprov DKI akan membeli rumah tersebut tergantung izin dari pihak keluarga Henk Ngantung.
"Kalau keluarganya mengizinkan kami beli, kami akan beli. Itu kan mahal, harga pasarnya," jelasnya.
Ahok mengaku akan memberi santunan yang berasal dari kantong pribadinya. Sebab, selama ini belum ada aturan mengenai pemberian bantuan terhadap mantan gubernur.
"Saya nggak tahu karena Pemda nggak mengatur itu. Kalau mau kasih santunan, kita saja pribadi dari operasional," terangnya.
Sebelumnya, Hetty Eve Mamesah, Istri mantan Gubernur DKI Jakarta Henk Ngantung mendatangi Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Kedatangannya bersama putra ketiganya Kamang atas permintaan Ahok yang menginginkan rumah milik Henk Ngantung yang berada di Jalan Dewi Sartika Gang Jambu No 25 RT 7 RW 4 Jakarta Timur.
"Pak Jonatan Pasodung (Kepala Dinas Perumahan) sudah berkunjung untuk meminta perbaikan rumah, terus ini kelanjutannya menemui Pak Wagub," ujar Hetty usai bertemu Ahok di Balai Kota Jakarta, Selasa (23/4).
Menurut janda Henk Ngantung ini kondisi rumahnya sudah hancur dan tidak layak untuk dijadikan tempat tinggal. Oleh karenanya, jalan alternatif dilakukan pemugaran atau dijual yang kemudian dijadikan sebagai cagar budaya.
"Rumah saya sudah hancur, jadi tidak layak tinggal, di dalam sudah rusak, mau dipugar. Kalau saya mau jual mau dibikin galeri," jelasnya.
Namun, Hetty memilih untuk diperbaiki saja. Sebab, kalau dijual dia masih belum tahu akan tinggal dimana.
"Respons pak Wagub sangat baik, mau pugar dalam waktu singkat secepat mungkin. Secepatnya tadi pak wagub sudah menghubungi dinas pertamanan dan dinas PU, dinas perumahan. Tadi kepala dinas perumahan Pak Jonatan ada waktu sama Pak Wagub," terangnya.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku anggaran untuk merenovasi tersebut berasal dari Dinas Perumahan. Namun, besaran nominal yang akan dialokasikan untuk rumah yang letaknya di Jl Dewi Sartika Gang Jambu No 25 Jakarta Timur ini belum dihitung secara rinci.
"Belum tahu, baru dihitung. Yang penting atapnya jangan sampai kebocoran," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Kamis (25/4).
Menurutnya, mengenai apakah Pemprov DKI akan membeli rumah tersebut tergantung izin dari pihak keluarga Henk Ngantung.
"Kalau keluarganya mengizinkan kami beli, kami akan beli. Itu kan mahal, harga pasarnya," jelasnya.
Ahok mengaku akan memberi santunan yang berasal dari kantong pribadinya. Sebab, selama ini belum ada aturan mengenai pemberian bantuan terhadap mantan gubernur.
"Saya nggak tahu karena Pemda nggak mengatur itu. Kalau mau kasih santunan, kita saja pribadi dari operasional," terangnya.
Sebelumnya, Hetty Eve Mamesah, Istri mantan Gubernur DKI Jakarta Henk Ngantung mendatangi Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Kedatangannya bersama putra ketiganya Kamang atas permintaan Ahok yang menginginkan rumah milik Henk Ngantung yang berada di Jalan Dewi Sartika Gang Jambu No 25 RT 7 RW 4 Jakarta Timur.
"Pak Jonatan Pasodung (Kepala Dinas Perumahan) sudah berkunjung untuk meminta perbaikan rumah, terus ini kelanjutannya menemui Pak Wagub," ujar Hetty usai bertemu Ahok di Balai Kota Jakarta, Selasa (23/4).
Menurut janda Henk Ngantung ini kondisi rumahnya sudah hancur dan tidak layak untuk dijadikan tempat tinggal. Oleh karenanya, jalan alternatif dilakukan pemugaran atau dijual yang kemudian dijadikan sebagai cagar budaya.
"Rumah saya sudah hancur, jadi tidak layak tinggal, di dalam sudah rusak, mau dipugar. Kalau saya mau jual mau dibikin galeri," jelasnya.
Namun, Hetty memilih untuk diperbaiki saja. Sebab, kalau dijual dia masih belum tahu akan tinggal dimana.
"Respons pak Wagub sangat baik, mau pugar dalam waktu singkat secepat mungkin. Secepatnya tadi pak wagub sudah menghubungi dinas pertamanan dan dinas PU, dinas perumahan. Tadi kepala dinas perumahan Pak Jonatan ada waktu sama Pak Wagub," terangnya.
No comments:
Post a Comment
http://www.youtube.com/user/dimensinet
http://www.youtube.com/user/MrLovemata
https://twitter.com/LoVeMaTa
Mohon untuk di Jempol dan di SUBSCRIBE yah gan. Terima Kasih