Jakarta -Niat Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan sudah bulat untuk mengundurkan diri dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu. Padahal gajinya cukup besar, lebih dari Rp 200 juta per bulan.
Gaji level direktur di Pertamina memang besar, apalagi direktur utama. Namun, gaji besar saja bukan jaminan seseorang bakal betah bekerja di perusahaan milik negara.
Pasalnya, kata mantan Sekretaris Kementerian BUMN sekaligus Pengamat BUMN Said Didu, tekanan yang ada di BUMN juga cukup besar.
"(Gaji dirut Pertamina) di atas Rp 200 juta per bulan," katanya kepadadetikFinance, Senin (18/8/2014).
Lagipula, tambah Said, rata-rata gaji direktur di BUMN masih lebih kecil dibandingkan perusahaan swasta di sektor dan industri yang sama.
"Jauh lebih tinggi (swasta), minimal dua kali lipat," kata Said.
Karena itulah Said meminta pemerintah tegas dalam mengambil kebijakan yang akan dilaksanakan perusahaan pelat merah. Sehingga diharapkan tidak ada lagi bos-bos BUMN yang mengundurkan diri karena tekanan dari pemerintah.
"Ketidaktegasan pemerintah bisa menyebabkan mundurnya orang-orang baik di pimpinan BUMN," ucapnya.
(ang/dnl)
Gaji level direktur di Pertamina memang besar, apalagi direktur utama. Namun, gaji besar saja bukan jaminan seseorang bakal betah bekerja di perusahaan milik negara.
Pasalnya, kata mantan Sekretaris Kementerian BUMN sekaligus Pengamat BUMN Said Didu, tekanan yang ada di BUMN juga cukup besar.
"(Gaji dirut Pertamina) di atas Rp 200 juta per bulan," katanya kepadadetikFinance, Senin (18/8/2014).
Lagipula, tambah Said, rata-rata gaji direktur di BUMN masih lebih kecil dibandingkan perusahaan swasta di sektor dan industri yang sama.
"Jauh lebih tinggi (swasta), minimal dua kali lipat," kata Said.
Karena itulah Said meminta pemerintah tegas dalam mengambil kebijakan yang akan dilaksanakan perusahaan pelat merah. Sehingga diharapkan tidak ada lagi bos-bos BUMN yang mengundurkan diri karena tekanan dari pemerintah.
"Ketidaktegasan pemerintah bisa menyebabkan mundurnya orang-orang baik di pimpinan BUMN," ucapnya.
Jakarta -Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mendapat permohonan pengunduran diri dua direktur utama (Dirut) BUMN energi, yaitu PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). Keduanya adalah Karen Agustiawan dan Nur Pamudji.
Dari catatan detikFinance, Nur secara mendadak mengajukan pengunduran diri kepada Dahlan sekitar bulan November 2013. Awalnya Nur menyampaikan hal tersebut melalui SMS kepada Dahlan.
"Dia kirim SMS, intinya dia galau. Itu 3 mingguan yang lalu," kata Dahlan waktu ditemui di sela pengiriman perdana buah tropik ke Singapura di Subang Jawa Barat, Jumat 6 Desember 2013 silam.
Dahlan mengatakan, Nur Pamudji gelisah dan cemas, karena para teknisi di PLN kerap terancam hukum. Pada beberapa aktivitas pembangunan pembangkit, teknisi PLN dinilai bersalah oleh aparat penegak hukum.
Seperti saat proses pergantian mesin pembangkit yang menurut pendapat teknisi ahli di PLN harus diganti, namun dipersoalkan oleh penegak hukum. Akan tetapi Dahlan masih mempertahankan Nur menjadi Dirut PLn sampai saat ini.
"Dia merasa profesi kok dikriminalisasi. Kalau begitu siapa mau jadi profesi teknik. Menurut teori misal mesin setelah sekian tahun harus diganti, menurut SOP itu ditenderkan. Namun mesin belum dibuka masih jalan. Ini ditenderkan kemudian dibuka mesinnya. Begitu dibuka ada yang lain. Yang menentukan itu diganti, itu profesi ahli," jelas Dahlan.
Sementara Karen baru saja meminta pengunduran diri kepada Dahlan. Setelah kurang lebih 6 tahun menjabat sebagai bos Pertamina, Karen akhirnya mengundurkan diri. Padahal masa jabatannya masih 4 tahun lagi.
Betul Dirut Pertamina mengajukan pengunduran diri. Sebetulnya, Bu Karen sudah berkali-kali minta pengunduran diri. Tapi saya tolak dan saya pertahankan," ujar Dahlan di kantor Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (18/8/2014).
Dahlan mengatakan, dia sudah mengajak Karen bicara agar bisa mengundurkan diri pada 1 Oktober 2014.
"Setelah saya ajak ngobrol dia setuju berhenti pada 1 Oktober atau tinggal 1 bulan lagi jadi dirut," jelas Dahlan.
(ang/dnl)
Dari catatan detikFinance, Nur secara mendadak mengajukan pengunduran diri kepada Dahlan sekitar bulan November 2013. Awalnya Nur menyampaikan hal tersebut melalui SMS kepada Dahlan.
"Dia kirim SMS, intinya dia galau. Itu 3 mingguan yang lalu," kata Dahlan waktu ditemui di sela pengiriman perdana buah tropik ke Singapura di Subang Jawa Barat, Jumat 6 Desember 2013 silam.
Dahlan mengatakan, Nur Pamudji gelisah dan cemas, karena para teknisi di PLN kerap terancam hukum. Pada beberapa aktivitas pembangunan pembangkit, teknisi PLN dinilai bersalah oleh aparat penegak hukum.
Seperti saat proses pergantian mesin pembangkit yang menurut pendapat teknisi ahli di PLN harus diganti, namun dipersoalkan oleh penegak hukum. Akan tetapi Dahlan masih mempertahankan Nur menjadi Dirut PLn sampai saat ini.
"Dia merasa profesi kok dikriminalisasi. Kalau begitu siapa mau jadi profesi teknik. Menurut teori misal mesin setelah sekian tahun harus diganti, menurut SOP itu ditenderkan. Namun mesin belum dibuka masih jalan. Ini ditenderkan kemudian dibuka mesinnya. Begitu dibuka ada yang lain. Yang menentukan itu diganti, itu profesi ahli," jelas Dahlan.
Sementara Karen baru saja meminta pengunduran diri kepada Dahlan. Setelah kurang lebih 6 tahun menjabat sebagai bos Pertamina, Karen akhirnya mengundurkan diri. Padahal masa jabatannya masih 4 tahun lagi.
Betul Dirut Pertamina mengajukan pengunduran diri. Sebetulnya, Bu Karen sudah berkali-kali minta pengunduran diri. Tapi saya tolak dan saya pertahankan," ujar Dahlan di kantor Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (18/8/2014).
Dahlan mengatakan, dia sudah mengajak Karen bicara agar bisa mengundurkan diri pada 1 Oktober 2014.
"Setelah saya ajak ngobrol dia setuju berhenti pada 1 Oktober atau tinggal 1 bulan lagi jadi dirut," jelas Dahlan.
No comments:
Post a Comment
http://www.youtube.com/user/dimensinet
http://www.youtube.com/user/MrLovemata
https://twitter.com/LoVeMaTa
Mohon untuk di Jempol dan di SUBSCRIBE yah gan. Terima Kasih