Jakarta - Capres Joko Widodo (Jokowi) menyebut elektabilitas dirinya semakin menurun di DKI Jakarta. Juru Bicara Jokowi-JK Hasto Kristiyanto menganggap pernyataan Jokowi sebagai pemantik semangat para relawan.
"Jadi statement Pak Jokowi tadi itu untuk memberi semangat tim. Padahal kami juga telah bergerak terus untuk mendengarkan sebaik-baiknya keinginan rakyat. Relawan juga begitu. Kita juga pantau pemberitaan di media," kata Hasto saat berbincang kepada detikcom, Senin (16/6/2014).
Hasto menegaskan bahwa dari data yang ia miliki justru menunjukan elektabilitas Jokowi-JK semakin mendekati angka 50 persen secara nasional. Menurut dia angka itu tak jauh beda dengan suara di DKI Jakarta.
"Kalau dari tren berbagai lembaga survei tidak menunjukan adanya penurunan. Misalnya di Alvara dari penelitian pada 18 Mei 2014 Jokowi-JK 38 persen sementara Prabowo-Hatta 29 persen, kemudian pada 26 Mei 2014 dari SSSG itu Jokowi-JK 42 persen sementara Prabowo-Hatta 28 persen, dan yang terakhir 29 Mei 2014 di Populicenter menyatakan Jokowi-JK 47,5 persen dan Prabowo-Hatta 36,9 persen," papar Hasto.
Hasto mengakui memang untuk di wilayah DKI Jakarta elektabilitas Prabowo-Hatta menempel ketat di bawah Jokowi-JK. Di negara mana pun Ibukota selalu menjadi wilayah persaingan sengit kontestasi politik.
"Di Ibukota juga biasanya memang paling banyak muncul kampanye hitam. Misalnya di rusunawa-rusunawa. Ada anggapan kalau Jokowi jadi Presiden harga sewa rusunawa akan naik. Padahal kan tidak. Nah ini yang membuat elektabilitas Jokowi mungkin menurun," pungkas Hasto.
Namun Ketua DPD PDIP DKI mengungkap faktor menurunnya elektabilitas Jokowi di DKI. Menurut Boy, salah satu faktornya adalah penolakan warga ibu kota soal kemungkinan Ahok menjadi Gubernur.
"Ya karena banyaknya isu negatif yang menerpa beliau (Jokowi). Isu-isu negatif salah satunya kalau Jokowi presiden, Gubernurnya Ahok, maka itu ada isu dari pihak lain," kata Boy Sadikin usai rapat internal di Posko Relawan, Jalan Borobudur, Jakarta Selatan, Senin (16/6/2014).
"Jadi statement Pak Jokowi tadi itu untuk memberi semangat tim. Padahal kami juga telah bergerak terus untuk mendengarkan sebaik-baiknya keinginan rakyat. Relawan juga begitu. Kita juga pantau pemberitaan di media," kata Hasto saat berbincang kepada detikcom, Senin (16/6/2014).
Hasto menegaskan bahwa dari data yang ia miliki justru menunjukan elektabilitas Jokowi-JK semakin mendekati angka 50 persen secara nasional. Menurut dia angka itu tak jauh beda dengan suara di DKI Jakarta.
"Kalau dari tren berbagai lembaga survei tidak menunjukan adanya penurunan. Misalnya di Alvara dari penelitian pada 18 Mei 2014 Jokowi-JK 38 persen sementara Prabowo-Hatta 29 persen, kemudian pada 26 Mei 2014 dari SSSG itu Jokowi-JK 42 persen sementara Prabowo-Hatta 28 persen, dan yang terakhir 29 Mei 2014 di Populicenter menyatakan Jokowi-JK 47,5 persen dan Prabowo-Hatta 36,9 persen," papar Hasto.
Hasto mengakui memang untuk di wilayah DKI Jakarta elektabilitas Prabowo-Hatta menempel ketat di bawah Jokowi-JK. Di negara mana pun Ibukota selalu menjadi wilayah persaingan sengit kontestasi politik.
"Di Ibukota juga biasanya memang paling banyak muncul kampanye hitam. Misalnya di rusunawa-rusunawa. Ada anggapan kalau Jokowi jadi Presiden harga sewa rusunawa akan naik. Padahal kan tidak. Nah ini yang membuat elektabilitas Jokowi mungkin menurun," pungkas Hasto.
Namun Ketua DPD PDIP DKI mengungkap faktor menurunnya elektabilitas Jokowi di DKI. Menurut Boy, salah satu faktornya adalah penolakan warga ibu kota soal kemungkinan Ahok menjadi Gubernur.
"Ya karena banyaknya isu negatif yang menerpa beliau (Jokowi). Isu-isu negatif salah satunya kalau Jokowi presiden, Gubernurnya Ahok, maka itu ada isu dari pihak lain," kata Boy Sadikin usai rapat internal di Posko Relawan, Jalan Borobudur, Jakarta Selatan, Senin (16/6/2014).
No comments:
Post a Comment
http://www.youtube.com/user/dimensinet
http://www.youtube.com/user/MrLovemata
https://twitter.com/LoVeMaTa
Mohon untuk di Jempol dan di SUBSCRIBE yah gan. Terima Kasih