Megawati: Ahok yang saya sanjungkan, kenapa tak boleh maju Pilgub?

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengungkapkan rasa kesalnya, terhadap rencana pelaksanaan demonstrasi besar-besaran tanggal 4 November nanti.

Dia menyayangkan demonstrasi yang seharusnya dijadikan ajang penyaluran aspirasi, dianggap dijadikan sarana perang antaragama. Hal tersebut dia katakan saat meresmikan pembukaan pelatihan 'Mubaligh Kebangsaan' yang diselenggarakan Baitul Muslimin Indonesia di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI.

"Kalau saya lihat seperti ini, ke mana sebenarnya kebesaran Islam itu secara agama? Mengapa kita kalau ingin bertindak yang beda tapi orang lain untuk bisa menerima, selalu menerima dengan nama agama?" keluh presiden ke-5 tersebut di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (31/10).

Selain itu, dia juga mempertanyakan bagaimana asumsi bahwa orang yang boleh menjadi pemimpin di Indonesia diharuskan memiliki ras, keyakinan, dan agama tertentu.

"Lalu ajakan (demonstrasi) yang bulat melalui medsos (media sosial). Enggak ada pemimpin yang kalau tidak beragama Islam, tidak boleh nonmuslim, rasnya harus Indonesia asli. Saya mikir, sebetulnya yang Indonesia asli siapa?"

Dia juga mengungkapkan kekhawatirannya mengenai akibat yang akan ditimbulkan dari demo yang akan dilaksanakan 4 November nanti.

"Iki maunya apa orang Indonesia nanti tanggal empat?" lanjutnya.

Dia pun memberi pernyataan dengan terus terang mengenai bagaimana masyarakat kerap melarang Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang dia usung sebagai calon gubernur DKI Jakarta. Dia berasumsi bahwa penolakan yang selama ini dilayangkan kepada Ahok menjadi bukti bahwa toleransi masyarakat saat ini mulai memudar.

"Ahok yang saya sanjungkan itu, kenapa dia enggak boleh (maju Pilgub)? Apa karena dia matanya sipit? Nonmuslim? Ke mana pikiran yang namanya rasional dan sangat logic dan objektif? Apakah kita tidak seharusnya bahagia sekali melihat dunia sekarang? Orang kelaparan?" ujarnya.

Dia pun meminta kepada masyarakat, untuk menyadari akan pentingnya toleransi. Menurutnya, dalam memilih seorang pemimpin, masyarakat perlu meluaskan pandangan mengenai pemimpin seperti yang sebenarnya dibutuhkan.