Foto: Dok. Kementerian PUPR
Jakarta -Pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap pembangunan infrastruktur di Timur Indonesia. Infrastruktur yang dibangun harus bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
"Karena pesannya Pak Menteri (Menteri PUPR Basuki Hadimuljono), kita bukan sekedar membangun jalan, tapi membangun negara," ujar Kepala Balai Jalan dan Jembatan Wilayah X Papua, Oesman H. Marbun, kepadadetikFinance melalui sambungan telepon, Jumat (8/4/2016).
Dasar pemikiran tersebut, kata Oesman, juga diterapkan dalam pembangunan jalan lintas perbatasan Papua.
Jalan lintas perbatasan ini adalah jalan yang sejajar dengan garis batas negara Indonesia-Papua Nugini yang ada di sisi timur Pulau Papua. Membentang 1.105,8 km jalan ini menghubungkan Jayapura di ujung utara hingga ke Merauke di ujung selatan.
Tantangan utama pembangunan jalan di kawasan ini utamanya adalah kondisi geografis yang mayoritas tertutup hutan, dan kontur permukaan yang berbukit-bukit.
"Kita nggak bilang ini hambatan, tapi lebih pada tantangan. Di sini (Jalan Perbatasan Papua) tantangannya adalah kondisi geografis. Selain hutan, permukaannya kan berbukit-bukit dan gunung-gunung," kata dia.
Menurut data teknis pembangunan Jalan Perbatasan Papua, saat ini terdapat kurang lebih 304 km yang masih belum tersambung.
Agar jalan yang dibangun benar-benar bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, saat ini pihaknya juga tengah melakukan kajian terhadap penanganan di sejumlah titik kawasan yang konturnya berbukit.
Saat ini, lanjut dia, ada 2 solusi penanganan kawasan berbukit tersebut. Pertama adalah pembangunan di permukaan tanah. "Kalau cara ini dipilih konsekuensinya jalannya jadi terjal. Naik turun mengikuti permukaan tanah," jelas dia.
Atau solusi kedua yakni pembuatan terowongan. Dengan terowongan, jalan yang terbentuk akan lebih landai dan aman untuk dilintasi.
"Tapi mahal sekali biaya pembangunannya. Selain itu, dampak ekeonominya mungkin kurang. Karena kalau terowongan, nanti yang berkembang hanya kawasan di ujung-ujung terowongan. Kawasan yang di atas terowongan malah nggak berkembang karena nggak terlayani akses jalan," paparnya.
Pihaknya pun sangat teliti dalam mengambil keputusan agar bukan hanya jalan yang terbangun, namun juga kawasan ikut berkembang.
"Karena pesannya Pak Menteri (Menteri PUPR Basuki Hadimuljono), kita bukan sekedar membangun jalan, tapi membangun negara," ujar Kepala Balai Jalan dan Jembatan Wilayah X Papua, Oesman H. Marbun, kepadadetikFinance melalui sambungan telepon, Jumat (8/4/2016).
Dasar pemikiran tersebut, kata Oesman, juga diterapkan dalam pembangunan jalan lintas perbatasan Papua.
Jalan lintas perbatasan ini adalah jalan yang sejajar dengan garis batas negara Indonesia-Papua Nugini yang ada di sisi timur Pulau Papua. Membentang 1.105,8 km jalan ini menghubungkan Jayapura di ujung utara hingga ke Merauke di ujung selatan.
Tantangan utama pembangunan jalan di kawasan ini utamanya adalah kondisi geografis yang mayoritas tertutup hutan, dan kontur permukaan yang berbukit-bukit.
"Kita nggak bilang ini hambatan, tapi lebih pada tantangan. Di sini (Jalan Perbatasan Papua) tantangannya adalah kondisi geografis. Selain hutan, permukaannya kan berbukit-bukit dan gunung-gunung," kata dia.
Menurut data teknis pembangunan Jalan Perbatasan Papua, saat ini terdapat kurang lebih 304 km yang masih belum tersambung.
Agar jalan yang dibangun benar-benar bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, saat ini pihaknya juga tengah melakukan kajian terhadap penanganan di sejumlah titik kawasan yang konturnya berbukit.
Saat ini, lanjut dia, ada 2 solusi penanganan kawasan berbukit tersebut. Pertama adalah pembangunan di permukaan tanah. "Kalau cara ini dipilih konsekuensinya jalannya jadi terjal. Naik turun mengikuti permukaan tanah," jelas dia.
Atau solusi kedua yakni pembuatan terowongan. Dengan terowongan, jalan yang terbentuk akan lebih landai dan aman untuk dilintasi.
"Tapi mahal sekali biaya pembangunannya. Selain itu, dampak ekeonominya mungkin kurang. Karena kalau terowongan, nanti yang berkembang hanya kawasan di ujung-ujung terowongan. Kawasan yang di atas terowongan malah nggak berkembang karena nggak terlayani akses jalan," paparnya.
Pihaknya pun sangat teliti dalam mengambil keputusan agar bukan hanya jalan yang terbangun, namun juga kawasan ikut berkembang.
Program pembangunan yang gencar dilakukan Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Papua, diwarnai insiden penembakan dan pembakaran petugas dan alat berat yang sedang digunakan untuk pembangunan jalan di Ilaga, Wamena, Papua.
Presiden Jokowi menegaskan, inisiden tersebut tidak menyurutkan jajarannya untuk terus mempercepat proses pembangunan infrastruktur di seluruh pelosok negeri seperti di kawasan perbatasan dan kawasan terpencil Papua.
Tanpa disadari, saat ini pembangunan infrastruktur di Papua berjalan cepat. Menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), hingga saat ini telah tersambung 800,58 kilometer (km) jalan lintas perbatasan, dari target total panjang mencapai 1.105,8 km.
Presiden Jokowi menegaskan, inisiden tersebut tidak menyurutkan jajarannya untuk terus mempercepat proses pembangunan infrastruktur di seluruh pelosok negeri seperti di kawasan perbatasan dan kawasan terpencil Papua.
Tanpa disadari, saat ini pembangunan infrastruktur di Papua berjalan cepat. Menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), hingga saat ini telah tersambung 800,58 kilometer (km) jalan lintas perbatasan, dari target total panjang mencapai 1.105,8 km.
Jalan lintas perbatasan ini adalah jalan yang sejajar dengan garis batas negara Indonesia-Papua Nugini yang ada di sisi timur Pulau Papua, membentang dari Jayapura di ujung utara hingga ke Merauke di ujung selatan.
Dari total 800,58 km panjang jalan lintas perbatasan yang telah tersambung, 661,34 km-nya telah beraspal dan sisanya sepanjang 139,24 km tengah dalam tahap peningkatan struktur berupa agregat atau aspal kasar, dan sebagian masih berupa jalan tanah namun telah mengalami pengerasan.
"Sisanya tinggal 300-an km yang belum tersambung. Saat ini terus kita percepat pekerjaannya," kata Kepala Balai Jalan dan Jembatan Wilayah X Papua, Oesman H. Marbun, kepada detikFinance, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (8/4/2016).
Secara garis besar, pembangunan Jalan Lintas Perbatasan di Papua dibagi dalam 3 paket pekerjaan. Pertama adalah dengan ruas jalan dengan rute Jayapura-Abepura-Arso-Waris-Yeti sepanjang 133,34 Km yang sudah sepenuhnya tersambung dan beraspal.
Paket pekerjaan ke dua, dengan rute Yetti-Uburb-Oksibil sepanjang 301,74 km, sepanjang 44 km telah beraspal, 19,24 km berupa agregat, dan 238,50 km belum tersambung.
Paket Pekerjaan ke tiga dengan rute Oksibil, Waropko, Tanah Merah, Merauke sepanjang 670 km, telah beraspal sepanjang 484 km. Lalu, 120 km berupa jalan agregat dan 304,5 km belum tersambung.
Saat ini, pekerjan yang dilakukan adalah fokus membuka Jalan yang masih belum tersambung sepanjang 304,5 km karena masih tertutup hutan.
Selain Jalan Lintas Perbatasan, saat ini di Papua dan Papua Barat tengah dibangun Jalan Lintas Trans Papua, yakni jalan yang menghubungkan berbagai kawasan di Papua yang selama ini tak memiliki akses Jalan darat dan hanya bisa ditempuh melalui udara.
No comments:
Post a Comment
http://www.youtube.com/user/dimensinet
http://www.youtube.com/user/MrLovemata
https://twitter.com/LoVeMaTa
Mohon untuk di Jempol dan di SUBSCRIBE yah gan. Terima Kasih