"Beberapa akademisi dan wartawan telah disesatkan oleh obrolan internet yang liar dan tidak akurat ini," tulis Allyn dalam asiapacific.anu.edu.au. Dalam situs ini, Allyn tertulis sebagai 'kontributor tamu'. Dia tercatat mem-posting tulisannya, Rabu (16/7) kemarin.
Pimpinan perusahaan iklan televisi Margate House itu mengatakan, "Tulisan ini merespons diskusi New Mandala sebelumnya dan dipublikasikan di internet untuk memberikan kesempatan bagi respons publik." Sekadar diketahui, New Mandala adalah bagian dari situs Australian National University (ANU) College of Asia and the Pacific yang menyediakan anekdot, analisis dan perspektif baru di Asia Tenggara.
Namun berniat membela diri, Allyn akhirnya malah menyerang Jokowi . Berikut pernyataan-pernyataan penting Allyn:
1.
Rob Allyn ngaku pernah jadi konsultan Jokowi di Pilgub DKI 2012
Merdeka.com - Rob Allyn mengatakan, dia juga pernah menjadi konsultan untuk iklan Jokowi di televisi pada Pilgub DKI 2012. Dia mengklaim konsultasi yang dia berikan kepada Prabowo-Hatta dalam Pilpres 2014 adalah sama yang dia lakukan untuk Jokowi, yakni: iklan televisi yang efektif berbasis riset yang baik.
"Sama seperti kesuksesan kampanye media yang kami ciptakan, tulis dan desain, shot dan produksi untuk pencalonan Jokowi menjadi gubernur Jakarta. Seperti apa yang baru saja dilaporkan oleh media internasional yang bertanggung jawab, kami memainkan peran yang benar-benar sama dalam kampanye Prabowo-Hatta sama seperti apa yang kami lakukan untuk Jokowi: Kampanye televisi yang efektif berbasis riset yang baik," tulis Allyn.
Allyn menyatakan, kerjanya untuk Jokowi dan Prabowo serta dalam sejumlah kontestasi politik di empat benua selama lebih dari tiga dekade, adalah "tanpa fitnah dan permainan suara."
"Pada faktanya, setelah iklan televisi kami berakhir dan pemilih pergi ke TPS di Indonesia, kerja kami sudah selesai dan saya pulang ke AS," kata konsultan yang membantu Gubernur George W Bush terpilih kembali di Texas tahun 1994 ini.
Soal pengakuan Allyn yang pernah menjadi konsultan Jokowi pada Pilgub DKI 2012, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo memang pernah mengaku telah menghabiskan Rp 52 miliar untuk kemenangan Jokowi-Ahok. Namun, pernyataan itu kemudian dijelaskan oleh Ahok bahwa dana miliaran tersebut bukan digunakan untuk dana kampanye mereka, tetapi digunakan untuk iklan televisi yang menampilkan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto .
"Uang itu habis di kampanye bagian mana? Yang saya tahu karena iklan di televisi. Ada Prabowo, terus Pak Jokowi sekelibat lewat. Makanya Jokowi enggak merasa itu bantu dia. Itu masalah lempar isu itu," ujar Ahok di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (4/6).
Menurut peneliti masalah-masalah politik militer, Made Supriatma, pengakuan Allyn bahwa dia membantu Jokowi dalam Pilgub DKI 2012 adalah hanya pada kerjanya membuat iklan yang didominasi Prabowo.
"Jadi duit Rp 52 M itu untuk kampanye (iklan televisi) Prabowo mendompleng Jokowi," kata Made kepada merdeka.com.
"Sama seperti kesuksesan kampanye media yang kami ciptakan, tulis dan desain, shot dan produksi untuk pencalonan Jokowi menjadi gubernur Jakarta. Seperti apa yang baru saja dilaporkan oleh media internasional yang bertanggung jawab, kami memainkan peran yang benar-benar sama dalam kampanye Prabowo-Hatta sama seperti apa yang kami lakukan untuk Jokowi: Kampanye televisi yang efektif berbasis riset yang baik," tulis Allyn.
Allyn menyatakan, kerjanya untuk Jokowi dan Prabowo serta dalam sejumlah kontestasi politik di empat benua selama lebih dari tiga dekade, adalah "tanpa fitnah dan permainan suara."
"Pada faktanya, setelah iklan televisi kami berakhir dan pemilih pergi ke TPS di Indonesia, kerja kami sudah selesai dan saya pulang ke AS," kata konsultan yang membantu Gubernur George W Bush terpilih kembali di Texas tahun 1994 ini.
Soal pengakuan Allyn yang pernah menjadi konsultan Jokowi pada Pilgub DKI 2012, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo memang pernah mengaku telah menghabiskan Rp 52 miliar untuk kemenangan Jokowi-Ahok. Namun, pernyataan itu kemudian dijelaskan oleh Ahok bahwa dana miliaran tersebut bukan digunakan untuk dana kampanye mereka, tetapi digunakan untuk iklan televisi yang menampilkan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto .
"Uang itu habis di kampanye bagian mana? Yang saya tahu karena iklan di televisi. Ada Prabowo, terus Pak Jokowi sekelibat lewat. Makanya Jokowi enggak merasa itu bantu dia. Itu masalah lempar isu itu," ujar Ahok di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (4/6).
Menurut peneliti masalah-masalah politik militer, Made Supriatma, pengakuan Allyn bahwa dia membantu Jokowi dalam Pilgub DKI 2012 adalah hanya pada kerjanya membuat iklan yang didominasi Prabowo.
"Jadi duit Rp 52 M itu untuk kampanye (iklan televisi) Prabowo mendompleng Jokowi," kata Made kepada merdeka.com.
2.
Rob Allyn sesumbar bawa Prabowo kejar Jokowi hampir 30 persen
Merdeka.com - Konsultan asing asal AS, Rob Allyn, membantah berada di balik kampanye hitam yang diduga dilancarkan kliennya, Prabowo - Hatta kepada Jokowi - JK . Dia mengaku hanya membuat iklan televisi yang efektif untuk pasangan nomor urut satu tersebut.
Bahkan, Allyn sesumbar, iklan yang dia ciptakan sempat membawa Prabowo - Hatta mengejar selisih ketertinggalan hampir 30 persen dari Jokowi - JK .
"Untuk tiket Prabowo - Hatta , sama dengan Jokowi , bersih, iklan televisi yang terfokus pada isu disebut sebagai faktor kunci yang membantu klien kami untuk mendekati jarak 30 poin (persen) selama kampanye dua bulan terakhir dan kemungkinan akan memenangkan kursi presiden," tulis Allyn.
Allyn mengatakan, hasil itu bisa dilihat pada 22 Juli, saat KPU merilis real count. "Bukan satu setengah jam setelah TPS tutup, ketika tim Jokowi dan media sekutunya mendeklarasikan kemenangannya dengan prematur, berdasarkan atas sebagian kecil sampel kotak suara oleh para pollster pendukung Jokowi ," tulis Allyn lagi.
Bahkan, Allyn sesumbar, iklan yang dia ciptakan sempat membawa Prabowo - Hatta mengejar selisih ketertinggalan hampir 30 persen dari Jokowi - JK .
"Untuk tiket Prabowo - Hatta , sama dengan Jokowi , bersih, iklan televisi yang terfokus pada isu disebut sebagai faktor kunci yang membantu klien kami untuk mendekati jarak 30 poin (persen) selama kampanye dua bulan terakhir dan kemungkinan akan memenangkan kursi presiden," tulis Allyn.
Allyn mengatakan, hasil itu bisa dilihat pada 22 Juli, saat KPU merilis real count. "Bukan satu setengah jam setelah TPS tutup, ketika tim Jokowi dan media sekutunya mendeklarasikan kemenangannya dengan prematur, berdasarkan atas sebagian kecil sampel kotak suara oleh para pollster pendukung Jokowi ," tulis Allyn lagi.
3.
Rob Allyn sindir hasil quick count menangkan Jokowi
Merdeka.com - Konsultan asing asal AS, Rob Allyn, mengklaim berjasa meningkatkan elektabilitas kliennya Prabowo-Hatta dalam Pilpres 2104. Tidak hanya itu, Allyn juga menyindir kubu Jokowi-JK, rival kliennya, yang mengklaim kemenangan lebih dulu berdasarkan hasil hitung cepat.
"Kita akan lihat pada 22 Juli ketika hitungan riil, hitungan final dirilis. Bukan satu setengah jam setelah TPS tutup, ketika tim Jokowi dan media sekutunya mendeklarasikan kemenangannya dengan prematur, berdasarkan atas sebagian kecil sampel kotak suara oleh para pollster pendukung Jokowi," tulis Allyn dalam asiapacific.anu.edu.au.
Dalam tulisan itu, Allyn juga mengungkapkan bahwa hitung cepat (quick count) yang diduga dibuat Tim Jokowi-JK, tidak bisa dijadikan dasar untuk mengklaim kemenangan.
"Hitung cepat merepresentasikan kurang dari setengah dari 1 persen pemilih (sekitar 2.000 dari 480.000 TPS lebih di seluruh kepulauan yang luas dari negara demokrasi terbesar ketiga di dunia)," kata Allyn.
"Kita akan lihat pada 22 Juli ketika hitungan riil, hitungan final dirilis. Bukan satu setengah jam setelah TPS tutup, ketika tim Jokowi dan media sekutunya mendeklarasikan kemenangannya dengan prematur, berdasarkan atas sebagian kecil sampel kotak suara oleh para pollster pendukung Jokowi," tulis Allyn dalam asiapacific.anu.edu.au.
Dalam tulisan itu, Allyn juga mengungkapkan bahwa hitung cepat (quick count) yang diduga dibuat Tim Jokowi-JK, tidak bisa dijadikan dasar untuk mengklaim kemenangan.
"Hitung cepat merepresentasikan kurang dari setengah dari 1 persen pemilih (sekitar 2.000 dari 480.000 TPS lebih di seluruh kepulauan yang luas dari negara demokrasi terbesar ketiga di dunia)," kata Allyn.
4.
Rob Allyn tuding pollster menang Jokowi bagian tim kampanye
Merdeka.com - Allyn juga menuding, para pollster yang merilis hasil quick count berdasarkan kurang dari setengah persen jumlah pemilih, serta kepala asosiasi polling di Indonesia, "semuanya adalah anggota tim kampanye Jokowi."
"Tim pollster 'quick count' Jokowi ini juga yang dikutip Aaron Connelly (peneliti) dan akademisi terhormat lainnya serta wartawan untuk menolak membuka hasil polling mereka pada Juni, karena mereka takut akan menyingkap 30 persen perolehan Prabowo dalam perlombaan itu," ujar Allyn.
Tidak bisa dibantah, kata Allyn, "memenangkan pilpres berdasarkan quick count dengan sampel setengah persen jumlah pemilih oleh pollster Jokowi, jelas-jelas mencabut hak lebih dari 99,5 persen pemilih Indonesia."
"Itu bukan demokrasi. Dalam demokrasi sejati, setiap suara harus dihitung, setiap suara harus dicatat, dan setiap suara harus didengar," ujar Allyn.
Seperti diketahui, metode quick count sudah dijalankan sejak pemilu dan pilpres pertama pasca-reformasi digelar di Indonesia. Menurut Rustam Ibrahim, peneliti yang memperkenalkan quick count pertama di Indonesia, dalam sejarah dua pilpres sebelumnya, 2004 dan 2009 tidak pernah ada perbedaan hasil antara quick count dan real count KPU di luar batas kesalahan (margin of error)
"Jadi kalau angka KPU 2014 berbeda dengan hasil quick count, maka hasil KPU layak dipertanyakan. Memang yang resmi KPU, tapi pengalaman saya di masa Orde Baru, yang resmi belum tentu benar," kata Rustam lewat pernyataan di laman Facebook-nya, beberapa waktu lalu.
"Tim pollster 'quick count' Jokowi ini juga yang dikutip Aaron Connelly (peneliti) dan akademisi terhormat lainnya serta wartawan untuk menolak membuka hasil polling mereka pada Juni, karena mereka takut akan menyingkap 30 persen perolehan Prabowo dalam perlombaan itu," ujar Allyn.
Tidak bisa dibantah, kata Allyn, "memenangkan pilpres berdasarkan quick count dengan sampel setengah persen jumlah pemilih oleh pollster Jokowi, jelas-jelas mencabut hak lebih dari 99,5 persen pemilih Indonesia."
"Itu bukan demokrasi. Dalam demokrasi sejati, setiap suara harus dihitung, setiap suara harus dicatat, dan setiap suara harus didengar," ujar Allyn.
Seperti diketahui, metode quick count sudah dijalankan sejak pemilu dan pilpres pertama pasca-reformasi digelar di Indonesia. Menurut Rustam Ibrahim, peneliti yang memperkenalkan quick count pertama di Indonesia, dalam sejarah dua pilpres sebelumnya, 2004 dan 2009 tidak pernah ada perbedaan hasil antara quick count dan real count KPU di luar batas kesalahan (margin of error)
"Jadi kalau angka KPU 2014 berbeda dengan hasil quick count, maka hasil KPU layak dipertanyakan. Memang yang resmi KPU, tapi pengalaman saya di masa Orde Baru, yang resmi belum tentu benar," kata Rustam lewat pernyataan di laman Facebook-nya, beberapa waktu lalu.
No comments:
Post a Comment
http://www.youtube.com/user/dimensinet
http://www.youtube.com/user/MrLovemata
https://twitter.com/LoVeMaTa
Mohon untuk di Jempol dan di SUBSCRIBE yah gan. Terima Kasih