Merdeka.com - Kabar mengenai ancaman terhadap saksi-saksi kunci kasus korupsi proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional Hambalang ternyata benar terjadi. Hal itu terungkap setelah Direktur CV Rifa Medika sekaligus mantan anggota tim asistensi Kementerian Pemuda dan Olahraga, Lisa Lukitawati Isa, mengungkap diancam oleh Sylvia Sholeha atau kerap disapa Bu Pur.
Hal itu terkuak saat Lisa bersaksi dalam sidang lanjutan terdakwa Machfud Suroso, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (12/1). Lisa bahkan sampai berderai air mata saat menjelaskan ancaman dia terima di hadapan majelis hakim.
Penampilan Lisa saat menghadiri sidang hari ini pun cukup mengejutkan. Dia ternyata mesti menggunakan kursi roda dan kepayahan bila mesti berjalan. Entah sakit apa diidapnya. Sebab, saat bersaksi dalam sidang Andi Mallarangeng dia masih terlihat segar. Bahkan dia sempat mengobrol dengan awak media selepas sidang sembari merokok. Dia saat ini sudah menjadi terdakwa dalam kasus dugaan korupsi proyek di Universitas Negeri Makassar dan sedang menjalani persidangan di Makassar, Sulawesi Selatan.
"Kemudian yang mulia, saya menyampaikan, saya memang dalam ancaman, kira-kira beberapa minggu," kata Lisa yang mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam.
Lisa lantas bercerita di depan majelis hakim. Pada 2012, dia secara tidak sengaja bertemu di Makassar dengan Bu Pur.
"Bu Pur yang dijelaskan dulu oleh Pak Wafid (mantan Sesmenpora) pada saat itu (dulu) adalah orang yang dekat dengan istana," ujar Lisa.
Bu Pur adalah istri Komisaris Besar Polisi Purnomo. Pensiunan polisi itu disebut-sebut sebagai Kepala Rumah Tangga Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Bogor. Tetapi dia menampiknya. Dia juga pernah menjadi Staf Khusus Syarief Hasan saat masih menjabat Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Ketika diminta Ketua Majelis Hakim Sinung Hermawan menjelaskan hubungan Bu Pur dengan kalangan istana, Lisa menyerahkannya kepada Wafid.
"Mungkin nanti Pak Wafid yang bisa sampaikan," ujar Lisa.
Hakim Ketua Sinung pun meminta supaya Lisa memberikan keterangan secara terbuka. Baru saja Lisa mau bercerita, tiba-tiba dia langsung menangis.
"Kalau saudara jujur, Insya Allah Tuhan akan melindungi saudara," kata Hakim Ketua Sinung.
Lisa lantas bercerita meski sambil menangis. Menurut dia, saat bertemu dengan Bu Pur hanya ingin bertanya soal aliran dana Hambalang.
"Pada saat itu memang saya...saya hanya mau mengkonfirmasi apakah memang benar ada uang-uang gitu. Karena setelah saya diperiksa KPK pada 2011 itu, satu kata beliau (Bu Pur). Jangan pernah membuka mulut mengenai uang. Kalau tidak...bisa berakhir seperti Arif Gundul. Begitu yang mulia," ucap Lisa.
Tangis Lisa makin menjadi saat menjelaskan soal itu. Apalagi saat dia menyebut nama Arif Gundul atau bernama asli Arif Gunawan. Dia lantas melanjutkan kesaksiannya.
"Yang kedua, saya akan dijerumuskan sampai mengenai kantor saya yang ada. Karena memang saya 2012 masih berdagang," lanjut Lisa.
Seakan tak tega mendengar pengakuan Lisa, Hakim Ketua Sinung pun iba.
"Ambil napas dulu. Pelan-pelan. Mudah-mudahan saudara dilindungi Tuhan ya. Allah S.W.T." Tandas Hakim Ketua Sinung.
Sampai hari ini, ada empat saksi penting dalam kasus Hambalang wafat. Pertama adalah Arif Gunawan alias Arif Gundul. Dia meninggal mendadak pada akhir 2012 dan dimakamkan di Yogyakarta. Menurut informasi didapat, dia adalah salah satu tangan kanan Bu Pur dalam urusan proyek selain Widodo Wisnu Sayoko. Widodo disebut-sebut masih memiliki hubungan saudara dengan SBY.
Saksi kunci lainnya juga sudah wafat adalah Direktur Operasi PT Wijaya Karya Ikuten Sinulingga. Dia meregang nyawa setelah jatuh dari jembatan layang Cawang, Jakarta Timur. Kabarnya, sebelum wafat dia juga diancam oleh seseorang.
Saksi penting ketiga adalah bekas Deputi Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara, Muchayat. Dia meninggal pada Rabu, 18 Juni 2014, akibat stroke. Ayah salah satu sahabat Anas Urbaningrum, Munadi Herlambang, itu mengembuskan napas terakhir di sebuah rumah sakit di Singapura.
Muchayat disebut-sebut berperan dalam proyek-proyek pemerintah di bidang konstruksi. Dia kabarnya adalah salah satu orang yang mengatur perusahaan pelat merah mana bisa menggarap proyek, asalkan siap menggelontorkan komisi. Dalam merebutkan proyek Hambalang, Muchayat kabarnya bertugas menjaga PT Adhi Karya dari persaingan Badan Usaha Milik Negara lain. Dengan wewenangnya saat itu, dia bisa mengatur proyek itu bakal jatuh ke tangan siapa.
Saksi terakhir wafat adalah Asep Wibowo. Dia merupakan Direktur Utama PT Metaphora Solusi Global. Perusahaannya memenangkan pekerjaan konsultan perencana proyek Hambalang. Dia wafat setelah mendadak terserang stroke.
No comments:
Post a Comment
http://www.youtube.com/user/dimensinet
http://www.youtube.com/user/MrLovemata
https://twitter.com/LoVeMaTa
Mohon untuk di Jempol dan di SUBSCRIBE yah gan. Terima Kasih