Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meluluhkan kekakuan birokrasi dengan teknologi informasi. Di setiap kesempatan, Basuki mengecek telepon genggamnya. ”Memang saya tidak bisa langsung membalas pesan, tetapi pasti saya balas. Kamu mau tanya apa?” kata Basuki, pekan lalu, sebelum berangkat ke Korea Selatan.
Basuki sengaja membangun komunikasi lewat telepon genggam dengan pejabat-pejabat penting DKI Jakarta. Tujuannya, ketika mendengar ada persoalan dari siapa pun, dia bisa langsung meneruskan pertanyaan itu kepada pejabat terkait. Termasuk pertanyaan dari wartawan yang diterimanya pekan lalu. Tak lama kemudian, dia mendapat balasan dan membacakannya kepada wartawan.
Komunikasi dengan berbagai lapisan orang itu dilakukan karena keterbatasan waktunya. Saat awal menjabat sebagai Wakil Gubernur, Basuki pernah memiliki 14 telepon genggam. Agar lebih fokus, Basuki kini ”hanya” memegang enam telepon genggam, tiga di antaranya selalu dibawa, sementara tiga yang lain dipegang staf.
Enam telepon itu terdiri dari satu nomor untuk komunikasi dengan keluarga, dua nomor untuk pegawai dan kolega dekat, serta tiga nomor telepon untuk kanal pengaduan masyarakat.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DKI Jakarta Andi Baso mengaku kerap menerima pantulan informasi dari Basuki. Cara berkomunikasi seperti ini lebih efektif daripada melalui rapat-rapat resmi.
”Sabtu (20/9) pukul 04.27, saya menerima pesan agar membangun perlintasan kereta api tidak sebidang. Pesan itu langsung saya pantulkan lagi ke pejabat terkait. Saat saya menerima pesan, Pak Basuki sedang berada di Korea Selatan,” kata Andi.
Grup kepala daerah
Grup kepala daerah
Tidak saja dengan stafnya, Basuki juga menjalin komunikasi dengan sejumlah kepala daerah lewat grup di telepon genggam. Kebetulan mereka kepala daerah yang disebut-sebut pemimpin muda era sekarang. Mereka di antaranya Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas (41), Wali Kota Bogor Bima Arya (41), dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil (42).
Membangun komunikasi lewat telepon genggam, sebuah keniscayaan di era sekarang. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil berpendapat, penggunaan teknologi seperti itu tak bisa dibendung lagi.
”Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengundang saya bergabung,” kata Ridwan.
Selanjutnya, sesama kepala daerah saling bertukar pikiran, tidak jarang mereka saling menguatkan jika ada yang sedang menghadapi masalah.
Komunikasi seperti itu mendekatkan jarak Jakarta, Bandung, Bogor, dan Banyuwangi. Jalinan komunikasi dalam grup itu dapat dijadikan ajang belajar untuk program unggulan. ”Paling tidak di antara sesama kepala daerah ini dapat saling menginspirasi,” kata pria yang akrab disapa Emil itu.
Forum informal ini, menurut Emil, jauh lebih luwes daripada forum resmi seperti Badan Kerja Sama Pembangunan (BKSP) antarprovinsi yang sudah lama terbentuk. Hal itu terjadi karena ganjalan protokoler birokrasi yang kaku. Kenyataannya, semua itu luluh dengan teknologi informasi. Berikutnya, rakyat menunggu hasil perbincangan pemimpin mereka di telepon genggam. [Kompas.com/Kompas cetak 22/9/14]
No comments:
Post a Comment
http://www.youtube.com/user/dimensinet
http://www.youtube.com/user/MrLovemata
https://twitter.com/LoVeMaTa
Mohon untuk di Jempol dan di SUBSCRIBE yah gan. Terima Kasih