M. Taufik: Seolah-olah DKI Ini Hanya Mengejar Penyerapan Anggaran

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPRD DKI sementara M Taufik nilai Pemprov DKI terlalu memanjakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Hal itu, kata dia, terlihat dari sebagian anggaran yang dialokasikan untuk penyertaan modal pemerintah (PMP) bagi beberapa BUMD. Seperti Bank DKI, PT Jakarta Propertindo, PT Pembangunan Jaya Ancol, dan lainnya.

"Seharusnya lihat dulu business plan BUMD itu secara jelas, jangan asal tambah modal saja. APBD itu kan untuk rakyat bukan buat BUMD," kata Taufik, kepada Kompas.com, di Jakarta, Sabtu (6/9/2014). 

Taufik menuding banyaknya dana yang dialokasikan kepada BUMD, semata-mata hanya untuk mengejar penyerapan anggaran. Sebab, lanjut dia, hingga saat ini, serapan anggaran DKI masih rendah atau sekitar 30 persen dari total anggaran sebesar Rp 72,9 triliun. 

Seharusnya, dia mengatakan, Gubernur dan Wagub dapat menginstruksikan para satuan kerja perangkat daerah (SKPD) DKI lebih giat merealisasikan program unggulan. Sehingga, anggaran dapat terserap baik dan program dapat dirasakan masyarakat. Bukan justru dengan mengalokasikan kepada BUMD. 

"Ini satu penempatan yang tidak tepat. Seolah-olah DKI ini hanya mengejar penyerapan anggaran saja. DKI jangan mudah memberikan PMP deh buat BUMD," kata Ketua DPD Partai Gerindra DKI itu. 

Pada APBD Perubahan DKI 2014, ada beberapa program unggulan yang dialihkan. Salah satu contohnya adalah pembelian Transjakarta sebesar Rp 3,2 triliun. Anggaran itu dibatalkan dan dialihkan pada pemberian PMP PT Transjakarta sebesar Rp 350 miliar. 

Kemudian PT Jamkrida sebesar Rp 95 miliar, PT Jakarta Propertindo sebesar Rp 640 miliar, Bank DKI sebesar Rp 1 triliun, dan lainnya. Pada tahun 2015, Pemprov DKI berencana memberi PMP sebesar Rp 3 triliun kepada Bank DKI. 

Tujuannya, meningkatkan status bank pembangunan daerah menjadi bank umum kegiatan usaha kategori 3 (buku 3). Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pun bertekad menjadikan Bank DKI go public. "Kalau go public, yang beli saham siapa? Kan orang punya (kaya) juga yang untung bukan rakyat biasa," ujar Taufik.